Mobilisasi massa yang bersifat masif dan dalam waktu bersamaan berisiko menimbulkan lonjakan kasus COVID-19. Juru Bicara Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Adita Irawati mengatakan hal tersebut sudah beberapa kali dialami oleh Indonesia. Pemerintah juga sudah mengingatkan masyarakat agar selalu waspada saat memasuki libur panjang.
"Kami selalu berharap masyarakat bisa mengerti ya," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (12/5/2021).
Hal tersebut diungkapkannya di acara Serba-Serbi COVID-19 Kenapa Baiknya #TidakMudik?, Selasa (11/5).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski sudah dilarang, Adita menyebut masih banyak pemudik yang bandel. Dia mengatakan pihaknya mencatat lebih dari 138 ribu kendaraan pribadi dan sepeda motor yang keluar area DKI Jakarta setiap harinya. Sebagiannya sudah diminta putar balik.
"Masih ada beberapa hari lagi peniadaan mudik. Mudah-mudahan masih bisa menahan diri untuk tidak mudik," katanya.
Diungkapkannya, dalam pelaksanaan larangan mudik pemerintah mengedepankan pendekatan humanis dan persuasif. Sehingga saat terjadi penumpukan yang sulit dikendalikan pihak kepolisian akan melakukan diskresi. Dengan begitu diharapkan di titik selanjutnya bisa dilakukan penyekatan.
Guna mengantisipasi dampak negatif mudik Lebaran, lanjutnya, pemerintah juga telah menyiapkan sejumlah cara. Salah satunya dengan memperbanyak tes acak kepada para pemudik.
"Kita juga akan melakukan random testing, sebagai upaya meminimalisasi potensi penularan di kampung halaman," tuturnya.
Adita mengimbau agar masyarakat yang sudah terlanjur tiba di kampung halaman untuk melakukan karantina dan menerapkan protokol kesehatan (prokes). Jika memungkinkan segera lakukan tes antigen mandiri. Hal ini agar jangan sampai pemudik menularkan virus ke keluarga di kampung.
"Karena belum tentu daerah tersebut memiliki fasilitas kesehatan yang mencukupi. Indonesia ini luas sekali, bisa jadi daerah satu dengan yang lain fasilitas kesehatannya tidak sama," paparnya.
Selain itu, dia menyebut pihaknya juga telah mengkaji seputar prediksi arus balik, yakni H+3 dan H+7 lebaran. Dalam rangka mengantisipasi arus balik, Adita mengatakan Kemenhub telah mengusulkan pelaksanaan random testing yang lebih banyak baik secara volume maupun titik pengetesan, khususnya bagi pengendara sepeda motor dan kendaraan pribadi. Hal ini guna meminimalisir penyebaran COVID-19 usai pemudik kembali ke Jakarta.
"Ini memang jadi tantangan tersendiri, karena daerah yang dilewati ini akses terhadap alat tes dan ketersediaan infrastruktur kesehatannya mungkin tidak sama," kata Adita.
Sementara itu, Tim Koordinator Relawan Edukator COVID-19 dr. Fajri Adda'i menambahkan kenaikan kasus Corona tidak hanya dialami oleh Indonesia, melainkan hampir seluruh negara di dunia.
"Penyebabnya adalah adanya perpindahan masyarakat dengan besar pada waktu yang bersamaan, seperti yang terjadi di India," paparnya.
Dia menilai kenaikan angka ini perlu menjadi rambu supaya masyarakat bisa lebih waspada. Sebab menurutnya upaya pemerintah melawan pandemi tidak akan berhasil tanpa dukungan dari masyarakat.
dr. Fajri pun mencontohkan negara yang berhasil menghadapi pandemi dengan kedisiplinan. Di Samping vaksinasi, pelaksanaan protokol kesehatan yang baik dinilai menjadi kuncinya.
"Ada Selandia Baru, Australia, dan Taiwan bisa menghadapi pandemi dengan kedisiplinan menerapkan protokol Kesehatan," kata dr. Fajri.
Di sisi lain, Anggota Sub Bidang Mitigasi Satgas Penanganan COVID-19 dokter Falla Adinda memberikan imbauan soal adaptasi kebiasaan baru, yaitu dengan disiplin menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, jauhi kerumunan dan batasi mobilitas.
"Sayangnya, dua yang terakhir sering dilupakan," tandasnya.
Simak video 'Modus Pemudik Agar Lolos Penyekatan di Suramadu':