Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengaku sudah bisa bernafas lega setelah 2-3 bulan berjibaku melawan gerakan Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang, Sumatera Utara, 5 Maret 2021. Dia menyebut setidaknya ada tiga faktor utama yang menyelamatkan Partai Demokrat dari upaya kudeta atau lebih tepatnya pembegalan oleh Jenderal (Purn) Moeldoko Cs.
Pertama adalah kecepatan dalam mendapatkan informasi akurat terkait rencana pembegalan lewat KLB, lalu mengantisipasinya bersama segenap pengurus pusat hingga cabang. Kedua, keberanian untuk mengungkapkan informasi tersebut ke publik meski yang dihadapi adalah figur elit di lingkar kekuasaan. Ketiga adalah kekompakan dan soliditas segenap jajaran pengurus karena merasa punya musuh bersama.
"Memang, saat kami mengungkapkan hal itu responsnya adalah seolah cuma drama, mempolitisir, dan mencari panggung sendiri. Buktinya mereka melakukan KLB di Deli Serdang pada 5 Maret lalu," kata AHY kepada tim Blak-blakan detikcom, Rabu (5/5/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semula AHY mengakui pihaknya sempat menyimpan prasangka bahwa pemerintah akan berpihak kepada mereka yang menggelar KLB. Selain ada keterlibatan Kepala Kantor Staf Presiden, Moeldoko, dalam perjalanan politik di Indonesia KLB dari berbagai macam partai politik itu biasanya disahkan pemerintah. Tapi rupanya pemerintah kali ini berbeda. Melalui Menteri Hukum dan HAM (Menkum HAM) Yasonna Laoly, pemerintah pada 31 Maret lalu secara resmi menolak kepengurusan Partai Demokrat hasil KLB Deli Serdang. Artinya, peristiwa itu dinyatakan ilegal, inkonstitusional, dengan seluruh produknya.
"Saya berterima kasih kepada Pemerintah karena telah bersikap adil. Ini sekaligus merupakan kemenangan akal sehat dan demokrasi di tanah air," ujar pensiunan Mayor Infantri kelahiran Bandung, 10 Agustus 1978 itu.
Pada bagian lain, Master lulusan Universitas Teknologi Nanyang, Singapura dan Universitas Harvard, Amerika Serikat itu juga menjawab dengan lugas sejumlah tuduhan yang pernah dialamatkan lawan-lawan politiknya. Benarkah dia tidak melibatkan para senior dan pendiri Partai Demokrat dalam kepengurusannya? Atau kerap membebani pengurus daerah dengan berbagai pungutan, hingga bermain mata dengan kalangan tertentu yang diragukan loyalitasnya kepada ideologi Pancasila?
Akankah AHY memanfaatkan momen Idul Fitri beberapa hari ke depan untuk berkomunikasi dan bersilaturahmi dengan para pelaku KLB Deli Serdang, seperti Moeldoko dan Marzuki Alie? Saksikan selengkapnya Blak-blakan AHY, "Ruang Maaf untuk Moeldoko Cs", Senin (10/5/2021).
(deg/jat)