Miftah Maulana Habiburrahman sejak beberapa tahun lalu dikenal sebagai ustaz nyentrik. Tak cuma soal penampilan yang biasa mengenakan blangkon, kacamata hitam, dan rambut dibiarkan gondrong. Juga soal pilihannya untuk melakukan dakwah di lingkungan perempuan pekerja seks di pinggiran rel kereta hingga klub-klub malam.
Tak sedikit yang mencemooh tapi kebanyakan memuji semua pilihannya tersebut. Apalagi materi dakwahnya senantiasa penuh edukasi dan diselingi guyonan-guyonan menghibur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Materi dan gaya yang saya lakukan itu bisa diduplikasi oleh banyak orang, ada metode dan lain sebagainya. Berangkat dari situlah saya ingin membuat Gus Miftah Academy," dalam program Blak-Blakan yang tayang di detikcom pada Jumat (7/5/2021).
Menurutnya dalam setiap dakwah setidaknya perlu memenuhi dua unsur yakni edukasi dan rekreasi. Menyampaikan pesan tanpa rekreasi (jokes yang menghibur) hanya akan membuat pendengar/pemirsa bosan dan mengantuk. Begitupun dengan dakwah tanpa edukasi, masyarakat tak akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Lelaki kelahiran Lampung, 5 Agustus 1981 itu berharap dengan adanya Gus Miftah Academy kelak mampu melahirkan para dai yang hebat dalam berdakwah dengan visi kekinian serta dapat mengikuti perkembangan zaman. Dia lantas merujuk hadis Nabi, "Khotibunnas ala qodri uqulihim yaitu serulah kepada manusia sesuai dengan tingkat akal atau keilmuan mereka."
Baca juga: detikKultum Gus Miftah: Ahli Sodaqoh |
Jika para dai dalam dakwah mengikuti isu-isu aktual dengan gaya bahasa kekinian, kata Gus Miftah, diharapkan mereka memiliki percaya diri. Gus Miftah Academy rencananya akan dibuka di tanah kelahirannya, Lampung dan di lingkungan pesantrennya saat ini, Yogyakarta.
"Kalau MUI punya program sertifikasi bagi para dari, lewat Gus Miftah Academy ini juga saya berharap para dai punya gaya visi dakwah yang kekinian," ujar Gus Miftah.