Selama Ramadhan, jadwal ceramah Gus Miftah tergolong padat. Setiap hari dia harus melayani 5 sampai 6 kali ceramah secara online maupun hybrid (gabungan offline dan online). Tak cuma waktu untuk keluarga yang tersita, untuk kebutuhan pribadinya pun ada yang terganggu.
"Kayak kemarin saya baru sampai dari Jakarta langsung tapping. Ada Zoom, ada hybrid. Sehari bisa 5-6 kali. Jadi itu (tidur) menjadi sesuatu yang mahal," tutur pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta, itu dalam program Blak-Blakan detikcom, Jumat (7/5/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kalau sedang di Jakarta, dia melanjutkan, tak cuma waktu tidur yang terganggu, olahraga pun nyaris tak sempat. Toh begitu, untuk ibadah Ramadhan dia selalu mengupayakan tetap melakukan, khususnya tarawih. Bila pulang memberikan tausiyah hingga lepas tengah malam, tarawih biasa dilakukannya sendirian di apartemennya.
Bagaimana dengan tadarus? Untuk ibadah yang satu ini, lelaki bernama asli Miftah Maulana Habiburrahman itu mengakuinya sedikit kacau. Meskipun tak bisa khatam beberapa kali, tapi dia mengaku berusaha istiqomah melakukannya.
"Di luar Ramadhan kalau tadarusan Al-Qur'an selalu disempatkan, cuma pas Ramadhan-nya memang agak kacau. Tidak khatam tapi tetap disempatkan. Yang paling berat dari semua amal itu adalah istiqomah. Kenapa istiqomah itu berat? Pasti, Bro, karena kalau yang ringan itu namanya istirahat," ujarnya.
Baca juga: detikKultum Gus Miftah: Ahli Sodaqoh |