Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bertemu dengan Gubernur DKI Anies Baswedan. Dalam pertemuan itu, AHY sempat menyinggung terkait nostalgia keduanya. Lantas apa sebetulnya arti dari pertemuan keduanya?
Keduanya diketahui sempat maju memperebutkan kursi nomor 1 di DKI Jakarta dalam Pilgub DKI Jakarta 2017. Namun saat itu pasangan Anies-Sandiaga Uno unggul jauh dari pasangan AHY-Sylviana, yang kalah pada putaran pertama.
Pakar politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mencoba mengartikan maksud pertemuan keduanya setelah persaingan 4 tahun silam. Hensat, panggilan akrab Hendri, menyebut pertemuan keduanya wajar diartikan untuk membahas Pilpres 2024.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemarin menarik pembahasannya bisa macem-macem, karena dua-duanya tokoh politik dan sering disebut-sebut oleh banyak lembaga survei sebagai calon presiden, ya wajar kalau kemudian banyak pihak yang lagi-lagi menduga-duga bahwa perbincangannya salah satunya tiket capres-cawapres, gitu," kata Hensat saat dihubungi, Jumat (7/5/2021).
Hensat menilai kemungkinan pembahasan Pilpres 2024 menguat antara Anies dan AHY lantaran keduanya memiliki elektabilitas dan popularitas di masyarakat. Terlebih lagi, kata dia, AHY bisa dipastikan di atas kertas memegang tiket Pilpres 2024.
"Apalagi kan Mas AHY di atas kertas ya, salah satu pemegang tiket yang sudah pasti gitu lo, kecuali ada perubahan-perubahan tentang koalisi di ujung. Tapi, sebagai Ketua Umum Demokrat, dia pegang tiket nih ketimbang dibandingkan dengan Mas Anies, yang memang menurut hasil survei kedaiKOPI hasil elektabilitasnya tertinggi di antara kepala daerah di wilayah barat Indonesia," ucapnya.
Lantas mungkinkah keduanya bersanding di Pilpres 2024? Hensat menyebut kemungkinan tersebut terbuka untuk keduanya berpasangan. Pasalnya, keduanya bisa saling mendompleng popularitas dan elektabilitas.
"Kalau apakah mungkin bersanding, ya semuanya masih mungkin saat ini, apakah keduanya saling mendompleng popularitas dan elektabilitas ya dua-duanya populer walaupun elektabilitas Mas Anies lebih tinggi kan dibandingkan pemimpin wilayah barat lainnya. Tapi harus dipupuk terus supaya namanya berada di permukaan," jelasnya.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya.
Meski begitu, Hensat menilai peluang keduanya akan diduetkan pada Pilpres 2024 cenderung tipis. Dia beralasan Anies hingga kini belum masuk ke salah satu partai, sedangkan Demokrat masih butuh dukungan dari partai lain.
"Berpeluang berduet, tapi tetap butuh partai lain. Anies kan belum ada partainya, kalau Demokrat sendiri kan masih susah ya, jadi berpeluang tapi mungkin kecil kemungkinannya terjadi di 2024, karena Anies masih menimbang-nimbang, salah satu yang bisa didapat Anies kan mungkin konvensi NasDem. Makanya kecuali kan kalau PDIP, Gerindra, Golkar, mungkin cuma butuh 1 partai saja, kalau Demokrat dia butuh 2 partai tambahan. Jadi berpeluang tapi tipis peluangnya kemungkinan terjadinya," ungkapnya.
Lebih lanjut Hensat mengatakan posisi Partai Demokrat saat ini tidak terlalu menguntungkan Anies jika maju pada Pilpres 2024. Skenario yang paling mungkin menurutnya adalah Demokrat mendorong Anies Baswedan maju Pilpres 2024 dengan pasangan lain.
"Ya posisi Demokrat yang tidak terlalu menguntungkan gitu ya, yang bisa terjadi menurut saya gini, kalau terjadi kerja sama atau ya kerja sama saling menguntungkan antara AHY dan Anies ya kemungkinan justru Demokrat ikut mendorong Anies sebagai capres, nah itu kan menguntungkan juga untuk Demokrat sehingga mempunyai calon presiden yang bisa dijual nantinya dan bisa menambah elektabilitas Demokrat juga nantinya, tapi kalau berpasangan saya rasa agak kecil kemungkinannya," jelasnya.