Presiden Sukarno dikenal bersahabat dekat dengan Perdana Menteri India Pandit Jawaharlal Nehru. Persahabatan keduanya juga diikuti dengan kedekatan anak-anak mereka. Tapi anehnya, nama Sukarno tak diabadikan menjadi nama jalan atau monumen seperti di negara lain. Kenapa?
Rupanya keanehan semacam itu dirasakan oleh Ahmad Mujtaba, alumnus Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Situbondo yang tengah menimba ilmu di Mumbai University. Dari sejumlah literatur dan perbincangan dengan sejawatnya yang asli India akhirnya dia mafhum.
Di awal kemerdekaan Sukarno dan Nehru memang sangat dekat bak kakak-adik. Keduanya juga merupakan tokoh yang menggagas Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Nonblok pada 1955.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi ketika Pakistan tengah bertikai dengan India pada 1965, Presiden Sukarno dengan tegas mendukung Pakistan ketimbang India," kata Mujtaba. Kenyataan itu, dia melanjutkan, membuat rakyat India balik menuding Sukarno sebagai pengkhianat.
Dari sejumlah literatur terungkap setidaknya ada dua alasan Sukarno berpihak ke Pakistan. Pertama karena sesama negara dengan mayoritas penduduk muslim. Dukungan itu juga sebagai balasan karena India beberapa tahun sebelumnya mendukung Malaysia yang tengah berkonfrontasi dengan Indonesia.
Indonesia membantu Pakistan dengan menghibahkan sejumlah pesawat tempur MiG-19, dua kapal patroli bersenjata misil, dan kapal selam ke Kepulauan Andaman yang saat itu diduduki India. Hal itu m
Justin Paul George, dalam artikelnya, 'When Indian Navy worried Indonesia would send submarines to aid Pakistan in 1965' di majalah The Week, sempat membuat kecut Panglima Al India, Admiral Bhaskar Sadashiv Soman. Sebelum misi bantuan Indonesia tiba di Andaman, India dan Pakistan membuat kesepakatan gencatan senjata. Hubungan Indonesia dan India kembali pulih lewat kunjungan Menteri Luar Negeri Adam Malik ke New Delhi pada September 1966.
Meski tak ada nama jalan atau monument Sukarno, menurut Mohd Agoes Aufiya, mahasiswa di Jawaharlal Nehru University, satu-satunya negara yang kantor kedutaan besarnya berdekatan dengan kediaman Nehru cuma Indonesia.
Di rumah yang kini sudah menjadi museum itu menyimpan sejumlah koleksi foto Nehru dan Sukarno. "Ada foto Ibu Megawati dan kakaknya, Pak Guntur, juga saat masih kecil," ujar Agoes.
(jat/jat)