Kapal selam milik TNI AL KRI Nanggala-402 hingga kini belum ditemukan usai hilang di perairan Pulau Bali. Penyebab kapal selam ini hilang kontak belum diketahui.
Peristiwa ini terjadi ketika KRI Nanggala-402 mengikuti latihan penembakan torpedo di perairan Bali pada Rabu (21/4) dini hari. Setelah diberi izin untuk menembakkan torpedo, kapal selam itu tidak merespons.
Kapal ini sebenarnya memiliki riwayat menembak torpedo kepala latihan ini 15 kali dan menembak torpedo kepala perang itu 2 kali. Penembakan tepat sasaran. Kapal ini dipastikan dalam kondisi siap tempur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyebab KRI Nanggala-402 hilang kontak masih menjadi tanda tanya. TNI AL menduga kapal mengalami black out sehingga hilang kendali dan tidak dapat timbul ke permukaan.
Analisis mengenai penyebab KRI Nanggala-402 pun mencuat. Salah satu analisisnya adalah terkait masalah teknis.
Seperti diketahui, KRI Nanggala-402 hilang saat latihan penembakan torpedo. Pakar kapal selam Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Wisnu Wardana, memaparkan analisisnya mengenai apa yang mungkin terjadi saat penembakan torpedo.
"Proses memasang torpedo itu ada tabung torpedo dalam kapal selam itu, torpedo masuk, pintu luar ditutup, pintu luar juga harus ditutup, itu prosedur penembakan torpedo. Kemudian pintu luar dibuka, air akan masuk di dalam tabung torpedo itu, nah baru kemudian ditembakkan lah torpedo," kata Wisnu saat dihubungi, Kamis (22/4/2021).
Lihat Video "KSAL: Kondisi KRI Nanggala-402 Dalam Keadaan Baik-Siap Tempur":
Wisnu lalu memaparkan analisisnya terkait hal-hal yang seharusnya dilakukan selanjutnya. Ada sederet proses yang mungkin terjadi di dalam kapal selam itu.
"Setelah ditembakkan torpedo, pintu luar harus ditutup, pintu luar ditutup, air yang ada di dalam tabung torpedo itu dialirkan ke tangki torpedo, jadi kosong lagi dia, baru pintu dalam dibuka. Nah prosesnya harus begitu," paparnya.
Berdasarkan analisis Wisnu, bisa jadi ada masalah dalam proses penutupan pintu ini. Hal ini bisa berdampak pada kondisi kapal selam.
"Nah itu yang bahaya, yang saya khawatirkan awalnya karena itu. Karena apa? Karena saya baca di laporannya itu bahwa komunikasi sonar hilang setelah ada percobaan torpedo. Makanya saya berpikir wah ini pintu dalam tidak tertutup dengan rapi," kata Wisnu.
Sementara itu, pengamat kemaritiman dan intelijen, Laksamana Muda TNI (Purnawirawan) Soleman Ponto menuturkan prajurit TNI AL yang menjadi kru kapal selam merupakan orang-orang pilihan. Seleksinya pun ketat.
"(KRI Nanggala-402) ini ditemukan atau tidak, ini harus diaudit maintenance-nya seperti apa. Kita jangan mengorbankan, itu manusia-manusia pilihan dan kalau mau masuk (sebagai kru kapal selam-red) seleksinya ketat. Cari orang kapal selam itu susah, banyak yang nggak mau," ungkap Soleman saat dihubungi.
"Padahal sudah dibikin penggajian dua kali dari kita. Kalau dia (kru kapal selam) sudah 12 tahun, gajinya setara 24 tahun, itulah orang kapal selam, gajinya dikali dua," lanjut mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais) ini.