Bupati Puncak, Papua, Willem Wandik, menantang kelompok kriminal bersenjata (KKB) untuk perang terbuka melawan TNI-Polri. Tantangan perang terbuka dilayangkan Willem karena dirinya bingung atas aksi KKB yang belakangan menyerang masyarakat sipil serta merusak fasilitas umum seperti sekolah.
Willem memaparkan keterangannya itu dalam rapat Pemda Puncak dan TNI-Polri. Rapat tersebut juga mengumpulkan tokoh adat, tokoh agama, dan masyarakat guna membahas kejadian pembunuhan serta pembakaran sekolah yang terjadi di Distrik Beoga dan beberapa kejadian Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, oleh KKB.
"Kejadian yang biasa dilakukan oleh KKB itu yang sering terjadi biasanya hanya perampasan senjata dan penembakan anggota, atau penyerangan Pos TNI/Polri, tetapi sekarang saya liat ini penembakan guru, tukang ojek, dan pembakaran sekolah bahkan pembunuhan masyarakat asli juga terjadi, saya bingung sekali dengan kegiatan yang dilakukan sekarang oleh kelompok-kelompok ini," ujar Willem dalam rilis resmi Humas Namengkawi yang diterima wartawan, Rabu (21/4/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam rapat, Willem juga mengaku heran terhadap KKB Papua yang selalu beralasan berjuang untuk merdeka tapi menjadikan warga lokal sebagai target penyerangan. Bahkan orang tidak bersalah, seperti guru dan tukang ojek, ditembak mati.
"Warga sendiri atau keluarga sendiri saja dibunuh, ini berjuang apa yang kayak begini, kalian berjuang apa sebenarnya, ini membuat kita yang di Papua dan bahkan dunia juga ikut bingung dengan perjuangan yang sekarang dilakukan ini," ucapnya.
Atas kejadian penyerangan KKB Papua terhadap warga tak berdosa, Willem mengakui bahwa dirinya takut. Dia mengutuk KKB atas penyerangan KKB terhadap warga sipil.
"Kejadian pembunuhan saudara saya atau masyarakat saya ini membuat saya takut, kejadian ini sudah tidak benar. Benar-benar membuat saya takut, karena ini sudah sangat-sangat tidak benar, dan apabila ada orang di balik kejadian ini yang membuat atau memerintahkan untuk membunuh anak ini, saya kutuk dengan tanah ini, saya kutuk kalian semua kelompok ini," paparnya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya:
Willem lalu menantang KKB Papua berperang melawan aparat TNI-Polri jika memang ingin berperang, dan bukan menyerang warga sipil. Dia bahkan menjanjikan lapangan terbuka untuk KKB Papua berperang melawan TNI-Polri.
"Kalau mau perang, kami siapkan lapangan perang, biar kita masyarakat undur dan kalian berperang melawan TNI-Polri. Itu baru laki-laki, jangan membuat masyarakat jadi takut atau jadi korban," katanya.
Dalam satu pekan lalu, KKB Papua menyerang warga sipil di Kabupaten Puncak, Papua. Setidaknya empat orang tewas ditembak KKB Papua.
Warga yang menjadi korban berprofesi sebagai guru, pelajar, hingga tukang ojek. KKB juga merusak sekolah, rumah warga, dan membakar rumah anggota DPRD di Beoga.
Pada Kamis (8/4), seorang guru SD atas nama Oktavianus Rayo (43) tewas ditembak KKB di Kampung Julukoma.
Pada Jumat (9/4), guru SMP bernama Yonathan Randen tewas ditembak KKB. Tukang ojek bernama Udin (41) tewas ditembak KKB di Pasar Ilaga, pada Rabu (14/4). Pada Kamis (15/4), seorang pelajar SMA di Ilaga tewas ditembak KKB.
Kemudian, KKB itu juga disebut memperkosa gadis-gadis desa. Beoga menjadi 'hitam' karena ulah KKB.
Kesaksian soal kekejaman KKB di Beoga ini disampaikan oleh Satgas Nemangkawi lewat keterangan pers tertulis serta video yang diterima detikcom, Sabtu (17/4).
"Kami para gembala (gereja) su tidak dianggap lagi. Kampung Kami (Beoga) su hitam karena mereka (KKB)," kata Pendeta Jupinus Wama.