Nadiem Perintahkan Perbaikan Kamus Sejarah yang 'Hilangkan' Hasyim Asy'ari

Nadiem Perintahkan Perbaikan Kamus Sejarah yang 'Hilangkan' Hasyim Asy'ari

Tim detikcom - detikNews
Rabu, 21 Apr 2021 15:00 WIB
Mendikbud Nadiem Makariem melakukan rapat kerja dengan Komisi X DRI. Rapat tersebut membahas perkembangan program 1 juta PPPK Tahun 2021.
Nadeim Makarim (Rengga Sencaya/detikcom)
Jakarta -

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim angkat suara mengenai polemik kamus sejarah yang tidak mencantumkan nama pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy'ari hingga Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Nadiem mengatakan pihaknya akan menyempurnakan kamus tersebut.

"Terkait dengan isu kamus sejarah yang tengah hangat dibahas. Kamus sejarah ini disusun tahun 2017 sebelum saya menjabat, karenanya di bulan yang suci ini alangkah baiknya kita menyikapi permasalahan dengan akal sehat, kepala dingin dengan solusi," kata Nadiem dalam tayangan video yang diunggah di akun Instagram-nya, Rabu (21/4/2021).

"Begitu saya mendengar isu ini, walaupun terjadi sebelum saya menjadi menteri, maka saya Mendikbud langsung mengambil langkah konkret, menugaskan Dirjen Kebudayaan untuk segera menyelesaikan permasalahan dan melakukan koreksi, saya perintahkan langsung tim Kemendikbud untuk langsung melakukan penyempurnaan kamus yang sempat terhenti dilanjutkan dengan lebih cermat secara teknis dan mewadahi masukan dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk NU," kata dia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nadiem mengatakan Kemendikbud tidak ada niat menghilangkan jejak sejarah. Dia mengatakan Kemendikbud menghormati tokoh-tokoh sejarah.

"Kepada masyarakat Indonesia saya memastikan tidak ada niatan Kemendikbud sama sekali untuk menghilangkan jejak sejarah. Kemendikbud memastikan komitmen penghormatan atas nilai-nilai sejarah dan perjuangan tokoh-tokoh bangsa termasuk KH Hasyim Asy'ari dan tokoh penerusnya tidak akan pernah berubah," kata dia.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut, Nadiem mengatakan bahwa KH Hasyim Asy'ari merupakan tokoh panutan dan memiliki jasa untuk bangsa. NU, kata Nadiem, juga merupakan salah satu organisasi besar yang berjasa kepada bangsa.

"KH Hasyim Asy'ari adalah Kiai, guru dan panutan yang telah menorehkan sejarah panjang dalam perkembangan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia. Dan NU sebagai organisasi terbesar di Indonesia yang lahir dari buah pemikiran beliau akan senantiasa menjadi pilar terpenting dari segala lini kemajuan bangsa," kata dia.

Nadiem menekankan warga negara berhak mengetahui tokoh-tokoh yang berjasa untuk bangsa. Nadiem kembali menegaskan bahwa Kemendikbud akan menyempurnakan kamus sejarah itu.

"Bangsa ini berhak mengetahui tokoh-tokoh yang berjasa dalam mendirikan dan membangun negeri. Hal itu juga membuat Kemendikbud malah mendirikan museum Islam Hasyim Asyari di Jombang dan menerbitkan buku KH Hasyim Asyari pengabdian seorang kiai untuk negeri dalam rangka 109 tahun kebangkitan nasional," kata dia.

"Saya memohon restu agar kamus sejarah yang belum pernah dimiliki negara ini dapat kita lanjut sempurnakan bersama agar bermanfaat untuk semua," sambungnya.

Sebelumnya, tak masuknya nama KH Hasyim Asy'ari dan Gus Dur dalam kamus sejarah Kemendikbud mendapatkan protes. Pakar sejarah Nahdlatul Ulama (NU) asal Solo, KHM Dian Nafi', menyarankan kamus tersebut diperbaiki untuk menanggapi respons publik.

KH Hasyim Asy'ari dan Gus Dur dinilai berperan penting dalam membangun bangsa Indonesia. KH Hasyim Asy'ari yang merupakan pendiri NU dianggap berperan sejak sebelum kemerdekaan hingga awal masa kemerdekaan.

"Peranan beliau sejak sebelum merdeka sampai setelah merdeka. Pikiran mendalam tentang integrasi nasional, pengukuhan Pancasila. Itu menjadi sangat penting. Apalagi beliau sudah dinyatakan sebagai pahlawan nasional," kata pengasuh Ponpes Mahasiswa Al Muayyad Windan Sukoharjo itu saat dihubungi detikcom, Rabu (21/4).

Sementara itu, Kemendikbud menegaskan tidak ada niat untuk menghilangkan peran pendiri KH Hasyim Asy'ari dalam kamus sejarah. Kemendikbud menyatakan terjadi keteledoran.

"Kesimpulannya, terjadi keteledoran yang mana naskah yang belum siap kemudian diunggah ke laman Rumah Belajar. Tidak ada niat untuk menghilangkan KH Hasyim Asy'ari sebagai tokoh sejarah dalam buku tersebut," ujar Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, dalam jumpa pers daring seperti dilansir Antara, Selasa (20/4).

Halaman 2 dari 2
(lir/lir)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads