Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali melakukan penyelidikan terkait artis Lucinta Luna yang berenang sambil memegangi sirip lumba-lumba di Bali. Kejadian itu diduga terjadi di Dolphin Lodge, yang berlokasi di Desa Sanur Kauh, Denpasar.
"Lagi proses lidik sekarang. Ya (lidiknya) sudah (dari) beberapa hari yang lalu," kata Kepala BKSDA Bali Agus Budi Santosa saat dihubungi detikcom dari Denpasar, Jumat (16/4/2021).
Namun Agus enggan menjelaskan lebih lanjut seperti apa penyelidikan yang dilakukan oleh BKSDA Bali. Dia meminta agar masyarakat sabar menunggu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau lagi lidik, ya nggak bisa keluar ada informasi, kan proses itu. Ya namanya bukan lidik kalau saya jelaskan. Nanti saja deh, ya. Lagi proses lidik, ya," terang Agus.
Kepala TU BKSDA Bali Prawona Meruanto mengatakan tindakan Lucinta Luna yang memegang sirip lumba-lumba sangat tidak disarankan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor P.22/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2019 tentang Lembaga Konservasi.
"Secara aturan tentang kesejahteraan satwa atau animal welfare, kegiatan itu sangat tidak disarankan. Kami sudah laporkan kepada pimpinan terkait kejadian tersebut dan kami menunggu arahan dari pimpinan," terang Antok lewat pesan singkatnya kepada detikcom.
Tonton juga Video: Seekor Lumba-lumba Ditemukan Lemas dan Penuh Luka
Sementara itu, pengelola Dolphin Lodge enggan memberikan pernyataan apa pun kepada media saat dikunjungi detikcom di kantornya yang berada di kawasan Pantai Mertasari, Desa Sanur Kauh, Denpasar.
Aksi Lucinta Luna yang dianggap animal abuse itu terekam dalam video yang diunggah Lucinta Luna. Dalam video itu, Lucinta Luna bersama teman-temannya tampak 'menaiki' lumba-lumba yang berenang. Hal itu membuatnya seakan-akan mengendarai lumba-lumba tersebut.
Kecaman pun kemudian berdatangan. Salah satu kecaman tersebut disampaikan oleh Susi Pudjiastuti, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan.
"Banyak orang mengira uang & ketenaran dapat membeli dan mengizinkan untuk melakukan apa saja... termasuk kedunguan dan menjadi bodoh," tulis Susi Pudjiastuti, Kamis (15/4).