Fakta baru terungkap dari Vaksin Nusantara yang melibatkan mantan Menkes Terawan Agus Putranto. Meski bernama 'nusantara', vaksin itu sebenarnya dikembangkan di Amerika Serikat.
Vaksin Nusantara diketahui kerap mendapat sorotan. Yang terbaru, sejumlah tokoh dan anggota DPR menjadi relawan uji klinis Vaksin Nusantara. Mereka di antaranya adalah Aburizal Bakrie, Gatot Nurmantyo, dan Siti Fadillah Supari. Ada pula Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad serta sederet anggota Komisi IX DPR yang membidangi kesehatan.
Anggota Komisi IX, Saleh Daulay mengatakan para anggota Dewan yang mengikuti vaksin ini menjadi contoh untuk vaksin Nusantara agar berjalan lebih awal. Dia menilai tidak ada muatan politis terkait vaksin Nusantara ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita berani jadi contoh. Berani untuk divaksin lebih awal. Saya melihat, para peneliti dan dokter-dokter yang bertugas semuanya ikhlas. Tidak ada muatan politik sedikit pun," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad, menjelaskan para anggota DPR menjalani pengambilan sampel darah yang kemudian akan diolah dengan sistem dendritic cell. Pengambilan sampel yang dilakukan oleh sejumlah anggota DPR serta tokoh lain ini untuk melanjutkan vaksin Nusantara ke fase II. Dia yakin proses ini akan berhasil.
"Saya sangat mendukung, apalagi saya sudah pernah mendapatkan perbaikan sistem sel yang kurang-lebih cara kerjanya sama di RSPAD," lanjutnya.
Di sisi lain, asal muasal Vaksin Nusantara ini juga jadi pembahasan. Satgas Penanganan COVID-19 pun angkat bicara.
"Vaksin Nusantara adalah jenis vaksin yang dikembangkan di Amerika dan diujicobakan di Indonesia," kata Juru Bicara Satgas Penanganang COVID-19, Wiku Adisasmito, dalam jumpa pers melalui Youtube, Kamis (15/4/2021).
Simak video 'Vaksin Nusantara Lanjut Terus Meski Belum Direstui BPOM':
Selengkapnya di halaman berikutnya.
Seperti diketahui, Vaksin Nusantara belum mendapatkan restu dari BPOM untuk melanjutkan uji klinis. Pemerintah menjamin memberi lampu hijau kepada Vaksin Nusantara bila memenuhi syarat dari BPOM.
"Pada prinsipnya semua vaksin yang akan diberikan kepada masyarakat harus mendapat izin dari BPOM terutama dalam aspek keamanan, efikasi, dan kelayakan. Selama memenuhi kriteria, pemerintah akan memberikan dukungan," paparnya.
Oleh sebab itu, pemerintah memberi wanti-wanti pada tim pengembang Vaksin Nusantara. Koordinasi dengan BPOM harus dilakukan.
"Diharapkan tim pengembang Vaksin Nusantara dapat berkoordinasi dengan baik dengan BPOM agar isu yang ada terkait vaksin ini dapat segera terselesaikan," ungkap Wiku.
BPOM juga sudah buka suara soal asal muasal vaksin nusantara ini. Penjelasannya ada di halaman berikutnya.
Vaksin nusantara menggunakan komponen dari Aivita Biomedical Inc yang merupakan perusahaan Amerika Serikat. BPOM menyebut komponen-komponennya impor.
"Semua komponen utama pembuatan vaksin dendritik ini di Import dari USA (antigen, GMCSF, medium pembuatan sel, dan alat-alat untuk persiapan)," tulis Kepala BPOM, Penny K Lukito dalam rilisnya, Rabu (14/4/2021).
Komnas Penilai Khusus Vaksin COVID-19 dalam workshop di Jakarta baru-baru ini menyebut salah satu catatan untuk vaksin nusantara adalah antigen yang digunakan tidak diproduksi sendiri. Karenanya, relevansinya dengan strain COVID-19 yang ada di Indonesia, dipertanyakan.
"Kalau kita bicara vaksin nusantara, maka antigennya itu bukan dari virus Indonesia. Tapi didapatkan dari Amerika yang kita tidak tahu persis sebetulnya bagaimana sequence genomic-nya dan strain virus apa yang didapat dari Amerika," kata Dr dr Anwar Santoso, SpJP(K), Selasa (13/4/2021).