Milenial Jadi Sasaran Penyebaran Terorisme, Ini Saran Romo Benny

Milenial Jadi Sasaran Penyebaran Terorisme, Ini Saran Romo Benny

Akfa Nasrulhak - detikNews
Kamis, 08 Apr 2021 11:39 WIB
Romo Benny Susetyo CNN IndonesiaSafir Makki
Romo Antonius Benny Susetyo/ Foto: Pool
Jakarta -

Aksi terorisme kembali muncul baru-baru ini yang pelakunya merupakan milenial. Pada Rabu (31/3), serangan dilakukan seorang perempuan berpistol, ZA (25) di Mabes Polri. Sebelumnya, pasangan muda suami istri menjadi pelaku bom bunuh diri di depan Gereja Katedral, Makassar pada Minggu (28/3) lalu.

Budayawan dan Rohaniawan Antonius Benny Susetyo atau biasa disapa Romo Benny menilai aksi terorisme itu terjadi akibat mereka terpapar pemahaman dari manipulasi ajaran agama. Pelaku terorisme, menurutnya, tidak memiliki pemahaman agama secara utuh yang hanya melihat secara tekstual.

"Jadi kalau kita bicara masalah teks kan harus dilihat teksnya, juga konteksnya, situasi politik pada waktu itu, sistem ekonominya, sistem budayanya. Namun yang terjadi, kerap kali orang yang propaganda atau yang memanipulasi anak-anak muda itu kepada kebenaran yang sesaat dan tidak utuh itu," ungkap Benny kepada detikcom, Kamis (8/4/2021)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menilai milenial yang menjadi pelaku teror itu adalah korban. Mereka diiming-imingi oleh provokator yang memiliki kepentingan tertentu dengan harapan semu, seperti dijanjikan surga dengan aksi teror.

"Korban dari siapa? Yang saya sebut 'ideolog-ideolog yang mengajarkan kekerasan itu'. Nah, orang yang mengajarkan kekerasan itu punya kepentingan sesaat," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut Benny mengungkapkan dalam situasi COVID-19 ini banyak orang melakukan pekerjaan secara online. Generasi muda dapat memperoleh informasi di dunia maya terkait pemahaman radikal yang memicu aksi teror.

"Searching dan sebagainya itu ya anak-anak masuk dalam dunia digital ini gampang dimasuki ide yang seolah-olah memberikan harapan semu. Dan harapan-harapan itu kerap kali diiming-imingi dengan janji surga, kalau dia mati akan memiliki sebuah arti alias terorisme itu," jelas Benny.

"Jadi anak-anak muda yang labil, yang lagi putus asa, yang mungkin putus cintanya, kehilangan pekerjaan, atau yang menyendiri. Nah ini yang mudah (disusupi pemahaman sesat)," imbuhnya.

Lebih lanjut, Benny mendorong agar memutus tali kekerasan itu, anak muda harus memiliki pemahaman agama yang utuh. Kedua, lanjutnya, tidak salah mencari guru yang mengajarkan agama tersebut. Ketiga, tidak belajar agama dari internet. Keempat yang harus dilakukan adalah rasional.

"Jadi misalnya kalo dia mengajarkan kekerasan, kebencian dan hal-hal bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia, ya anak-anak muda juga harus kritis. Karena yang bisa mengatasi itu pada akhirnya ialah bagaimana masyarakat, khususnya milenial itu mampu menjadi dirinya sendiri," ungkap Benny.

"Nah untuk bisa menjadi diri sendiri kan harus ada kedewasaan. Dan itu bisa dilakukan kalau milenial ini memiliki kesadaran kritis dan kesadaran literasi. Sehingga dia tidak mudah dimanipulasi oleh orang-orang yang sebenarnya memang sengaja mencari dalam proses rekrutmen itu anak-anak yang labil," pungkasnya.

Simak Video: Teror Bomber Milenial

[Gambas:Video 20detik]



(akn/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads