Jual Beli Serangan Kubu Moeldoko vs Demokrat

Round-Up

Jual Beli Serangan Kubu Moeldoko vs Demokrat

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 06 Apr 2021 06:50 WIB
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), merespons terpilihnya Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menjadi Ketua Umum Partai Demokrat lewat agenda yang diklaim sebagai kongres luar biasa (KLB). SBY menuding Moeldoko telah melakukan kudeta bersama orang dalam partai. Hal itu disampaikan di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat (5/3/2021).
AHY (Foto: Antara Foto/Aditya Pradana Putra)
Jakarta -

Layaknya pertandingan sepak bola, Partai Demokrat (PD) dan kubu Moeldoko hampir setiap hari jual beli serangan. Kedua pihak itu kompak melepaskan 'serangan balik'.

Jual beli serangan pada Senin (5/4) dimulai dari Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng. Andi memberikan opsi kepada Moeldoko usai kepengurusannya ditolak Kemenkumham.

Andi mengatakan opsi pertama yang disarankan untuk Moeldoko yakni mengundurkan diri sebagai pimpinan KLB Deli Serdang. Andi berpendapat opsi mengundurkan diri itu bisa diambil lantaran menurutnya Moeldoko seperti ditipu oleh kubu KLB Demokrat selama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Opsi kedua tentu saja adalah Pak Moeldoko cs itu bisa membuat partai baru dengan modal pendukung-pendukung yang ada di Deli Serdang itu, dan katanya sudah bikin struktur partai dan sebagainya, itu modal untuk membuat partai baru. Kalau jalan atau opsi membuat partai baru apapun namanya itu yang dilakukan maka pasti tidak akan kegaduhan, tidak ada ribut-ribut, masing-masing mengurus partai masing-masing," ujarnya.

Politikus Partai Demokrat Andi Mallarangeng.Foto: Politikus Partai Demokrat Andi Mallarangeng. (Tsarina-detikcom)

Andi lalu mengungkap opsi ketiga yakni menuntut keputusan Yasonna Laoly lewat Pengadilan Tata Usaha Negara atau PTUN. Meski begitu, politikus Partai Demokrat ini beranggapan hal ini akan menjadi lucu nantinya ketika Moeldoko menuntut koleganya sendiri dalam kabinet.

ADVERTISEMENT

Andi Mallarangeng pun menyarankan Moeldoko mengambil opsi pertama atau opsi kedua. Dengan begitu, kata dia, semua persoalan Partai Demokrat dengan kubu Moeldoko bisa selesai secara aman dan damai.


Dibalas Kubu Moeldoko

Mendengar pernyataan Andi, membuat kubu Moeldoko geram. juru bicara kubu Moeldoko, Muhammad Rahmad, justru menyarankan balik agar Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membuat partai baru.

"Terkait opsi kedua Andi yang menawarkan membuat partai baru, maka kami bersama tokoh-tokoh pendiri Partai Demokrat yang dulu mereka berdarah-darah mendirikan partai tahun 2001, mempersilakan SBY untuk mendirikan partai baru," sebut Rahmad.

Muhammad Rahmad (Sachril Agustin Berutu/detikcom).Foto: Muhammad Rahmad (Sachril Agustin Berutu/detikcom).

"Jangan mengambil alih kepemilikan Partai Demokrat dari para pendiri, dengan mengelabui para pengurus DPD dan DPC atas nama demokrasi. Terserah kepada SBY mau dikasih nama apa. Ada yang mengusulkan diberi nama PKC (Partai Keluarga Cikeas)," imbuhnya.

Baca selengkapnya di halaman berikutnya

Simak Video: AHY Bicara Nasib Kader yang Terpapar Moeldoko dan KLB

[Gambas:Video 20detik]




AHY Serang Balik

Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Agus Harimurti Yudhyono (AHY) turut berkomentar soal saran mendirikan partai baru. Menurutnya, saran tersebut menunjukkan kubu Moeldoko ingin menutupi rasa malu mereka.

"Kalau mereka mengatakan Cikeas buat partai sendiri, itu gak relevan. Saya hanya melihat ini sebuah komedi politik, dagelan yang mereka pertontonkan untuk menutupi rasa malu, dan juga keengganan untuk mengakui, bahwa mereka telah melanggar melawan hukum," ujar AHY dalam jumpa persnya di Pasuruan, Senin (5/4/2021).

Ketum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menggelar konferensi pers usai Kepengurusan KLB PD Moeldoko DitolakKetum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menggelar konferensi pers usai Kepengurusan KLB PD Moeldoko Ditolak (Foto: Andhika/detikcom)

AHY menilai kubu Moeldoko frustasi. Pasalnya, sejumlah statement yang mereka sampaikan penuh dengan kebohongan dan ujaran kebencian.

"(Kubu Moeldoko) frustasi, karena ilegal ditolak dan apa yang mereka sampaikan selama ini terkuak semuanya penuh dengan kebohongan, ujaran kebencian, fitnah, black campaign, character assassination (pembunuhan karakter)," ungkapnya.

Andi Mallarangeng malah menertawakan karena kubu Moeldoko menyarankan Susilo Bambang Yudhoyono membuat partai baru.

"Ha-ha-ha... Itu mah lucu. Wong yang sah dan legal adalah Partai Demokrat dengan Ketum AHY," kata Andi Mallarangeng.

Andi Mallarangeng menyebut kepengurusan kubu Moeldoko abal-abal. Mantan Menpora itu juga menyebut para pihak yang menghadiri acara yang diklaim kongres luar biasa atau KLB PD di Sumatera Utara tidak jelas.

"Kalau KLB Deli Serdang itu sudah jelas ditolak pengesahannya oleh pemerintah karena memang tidak memenuhi syarat dukungan dua pertiga Ketua DPD dan separuh Ketua DPC. Jadi memang abal-abal. Ketumnya dan seluruh kepengurusannya tentu juga abal-abal. Yang hadir di KLB abal-abal itu, tidak jelas semuanya. Hanya dipakaikan jaket Demokrat, entah beli di mana," sebutnya.


Kubu Moeldoko Janji 'Kuliti' SBY di Pengadilan

Kubu Moeldoko merespons tertawanya Andi Mallarangeng dengan pernyataan kesiapan 'perang' di pengadilan.

"Terkait opsi ketiga Andi yang menawarkan langkah melalui pengadilan, itu adalah tawaran yang menarik dan serius untuk dijalankan. AD/ART Partai Demokrat 2020, yang menjadikan SBY 'dewa' penguasa tunggal di dalam partai, adalah bertentangan dengan UU Partai Politik yang ditandatangani SBY sendiri saat jadi presiden," kata juru bicara kubu Moeldoko, Muhammad Rahmad.

Rahmad juga memperingatkan soal 98 nama pendiri Partai Demokrat yang dihilangkan oleh SBY di AD/ART 2020. Dia memastikan pihaknya akan membongkar itu semua di hadapan pengadilan dan masyarakat Indonesia.

"Tak hanya itu. Nama 98 pendiri Partai Demokrat dihilangkan dari sejarah pendirian Partai Demokrat di AD/ART 2020 dan hanya diambil satu pendiri. Ini tentu sangat menarik dibedah di pengadilan dan disaksikan jutaan masyarakat Indonesia dan dunia. Publik juga layak mengetahui bagaimana sesungguhnya konsep demokrasi yang dianut dan yang dipraktikkan SBY," ucapnya.

Halaman 2 dari 2
(isa/man)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads