Cerita Ali Imron soal Yayasan untuk Kombatan Afganistan, Ambon dan Poso

Cerita Ali Imron soal Yayasan untuk Kombatan Afganistan, Ambon dan Poso

Deden Gunawan, Audrey Santoso - detikNews
Senin, 05 Apr 2021 23:49 WIB
Yayasan Lingkar Perdamaian
Adik Ali Imron yang mengelola Yayasan Lingkar Perdamaian, Ali Fauzi (Eko Sudjarwo/detikcom)
Jakarta -

Pelaku Bom Bali I yang juga 'alumni' pelatihan militer kelompok radikal di Afganistan, Ali Imron, menceritakan dirinya menebus kesalahan pada masa lampau dengan berupaya menyadarkan para jihadis, salah satunya dengan mendirikan Yayasan Lingkar Perdamaian. Ali Imron mengaku terus berusaha memberi pemahaman aksi teror serta kekerasan itu adalah hal yang salah.

"Orang melakukan aksi, pernah terjadi ngebom di mana itu, la bom kalau tidak salah itu pintu gereja hanya gosong saja, karena ndak bisa bikin bom. Tapi akhirnya yang ditangkap 20 lebih orang, la kan rugi, to," kata Ali Imron kepada tim Blak-blakan detikcom di Polda Metro Jaya, Jumat (2/4/2021).

"Kalau guru ngaji kan lebih baik ngajar ngaji, 20 orang itu ngajari ngaji umat. Saya ini eman (bahasa Jawa: sayang)," sambung Ali Imron.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menuturkan memaklumi seseorang yang memiliki pikiran berjihad. Namun dia tak ingin pemikiran itu dijabarkan dalam bentuk aksi teror.

"Supaya manfaat, okelah kita punya pemikiran jihad, tetapi jangan sampailah kita punya kesalahan (melakukan aksi teror) untuk kesekian kalinya," ucap Ali Imron.

ADVERTISEMENT

Dia juga menyadari semangat jihad dalam bentuk aksi teror justru menimbulkan fobia di kalangan umat Islam sendiri. Karena dia menganggap dirinya pionir aksi jihad dengan pengeboman, Ali Imron terbeban untuk menghilangkan fobia tersebut.

"Saya ini mau mengembalikan supaya masyarakat, terutama umat Islam, tidak fobia terhadap syariat jihad. Syariat jihad ini salah satu bagian dalam Islam yang diwajibkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad dan syariat ini wajib sampai hari kiamat," ujar Ali Imron.

"Tetapi dengan syariat ini, karena kita melakukan aksi dengan niat jihad yang itu juga bertentangan dengan adab atau prosedur jihad, akhirnya muslim sendiri fobia jihad. Kedua, supaya masyarakat yang muslim tidak fobia terhadap negara Islam," imbuh Ali Imron.

Simak cerita Ali Imron tentang yayasan penampung mantan kombatan kelompok radikal di halaman selanjutnya.

Tonton juga Video: Blak-blakan Ali Imron: Jadi Teroris Itu Cuma Butuh Dua Jam

[Gambas:Video 20detik]



Saat ini, Ali Imron hendak menghilangkan kesan negara Islam adalah negara dengan kekerasan. "Tujuan kami ini mendirikan kembali negara Islam. supaya tidak fobia. Nanti dipikirnya, 'La wong mereka belum punya negara saja sudah bantaiin orang, apalagi kalau punya negara'," tutur Ali Imron.

Lewat Yayasan Lingkar Perdamaian di desanya, Tenggulun, Lamongan, Jawa Timur (Jatim), Ali Imron melakukan program deradikalisasi. Dia mempercayakan yayasan tersebut dikelola adiknya, Ali Fauzi.

"Saya menyuruh adik saya, Ali Fauzi, sebagai perpanjangan mulut saya untuk deradikalisasi. Akhirnya kami sepakat harus kita dirikan yayasan. Fungsinya untuk mengumpulkan orang-orang yang punya pemahaman jihadis, terutama yang sadar untuk tidak membuat aksi atau paham bahwa aksi-aksi ini adalah jihad yang salah," terang Ali Imron.

Selain itu, Yayasan Lingkar Perdamaian juga menjadi tempat berkumpul mantan-mantan narapidana kasus teroris (napiter), 'alumni' Afganistan, Filipina Selatan, mantan-mantan kombatan konflik Ambon dan Poso yang sepakat dengan semangat deradikalisasi.

"Tempat itu penting sekali. Kita kalau sendiri kurang kuat. Kalau bersama-sama, insyaallah kuat. (Yayasan Lingkar Perdamaian) berdirinya sekitar 2015. Pada waktu itu di-support BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Teroris), terutama ketika kepalanya Pak Suhardi Alius," jelas Ali Imron.

Dengan bangga, Ali Imron juga menunjukkan seragam Yayasan Lingkar Perdamaian, di mana terdapat emblem bendera Merah Putih di bagian lengan kanan dan tulisan 'Aku Indonesia' di bagian belakang seragam.

"Seragam untuk upacara hari kemerdekaan. Kombatan-kombatan dan alumni Afganistan pakai sergam ini. Saya selalu bawa ini supaya tahu kami ini sudah Merah Putih, aku Indonesia," tutup Ali Imron.

Halaman 2 dari 2
(aud/idn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads