Pemerintah Kota Mojokerto mendorong masyarakat untuk meningkatkan kepedulian dan pemahaman terkait penyakit Tuberkulosis (TBC). Hal ini mengingat Indonesia menjadi salah satu negara dengan kasus Tuberkulosis (TBC) terbanyak di dunia dan menempati peringkat kedua setelah India.
Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari menjelaskan TBC tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2020, sebanyak 1,12 juta anak di dunia terinfeksi TBC. Sementara di Indonesia, sekitar 8,2 persen kasus TBC menyerang anak usia di bawah 15 tahun dengan total 70.000 kasus per tahun.
"Gejala TB ini, harus benar-benar diketahui oleh masyarakat. Terlebih, pada anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Sehingga, penanganannya pada penderita bisa dilakukan sedini dan secepat mungkin. Untuk itu, kami mengimbau kepada para orang tua untuk memberdayakan diri. Misalnya, jika diketahui berat badan anak tidak kunjung naik dalam waktu beberapa bulan, maka harus segera diperiksakan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (31/3/2021).
Hal tersebut ia sampaikan saat sosialisasi dalam rangka Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) 2021 di Aula Kelurahan Kedundung, Rabu (24/3).
Dalam menanggulangi kasus TBC, Pemkot Mojokerto telah melakukan berbagai upaya, khususnya pada anak usia dini. Upaya tersebut meliputi penyuluhan secara door to door melalui kader kesehatan lingkungan, serta skrining di posyandu balita, posyandu lansia dan lembaga pemasyarakatan (lapas).
Wali Kota Mojokerto yang akrab disapa Ning Ita ini mengatakan upaya ini akan terus dilakukan sehingga tak ada lagi penderita TBC, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
"Hasil dari penyuluhan oleh kader kesehatan lingkungan, kami integrasikan ke aplikasi Gayatri. Di sana, semua data tercatat lengkap dan akurat dari masing-masing orang. Selain itu, layanan Nurse Community juga dapat memantau masyarakat secara door to door. Sehingga, pasien mendapatkan layanan kesehatan secara optimal. Dan perlu diketahui, seluruh layanan kesehatan di Kota Mojokerto ini gratis khusus bagi warga kota. Pengobatan TBC dan obat TBC juga diberikan secara gratis," jelasnya.
Terkait hal ini, Ning Ita meminta masyarakat ikut berperan aktif dalam penanggulangan TBC di Kota Mojokerto. Menurutnya, partisipasi langsung dari masyarakat penting dalam mendukung psikis, sosial, moral dan material penderita TBC dan keluarganya.
Di samping itu, Ning Ita pun mengimbau agar masyarakat menghilangkan stigma negatif kepada penderita TBC. Oleh karena itu, para stakeholder dan seluruh elemen masyarakat perlu bekerja sama mewujudkan Indonesia Bebas TBC 2030.
"Setiap detik berharga. Selamatkan bangsa dari Tuberkulosis. Karena, dalam pembangunan SDM yang berkualitas merupakan prioritas utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 pada bidang kesehatan. Termasuk di dalamnya pencegahan penyakit yang menimbulkan biaya tinggi seperti TBC. Yang mana, penanggulangan Tuberkulosis merupakan langkah dalam meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia," pungkasnya.
(akn/ega)