Sepeda nonlipat mulai hari ini bisa masuk ke kereta MRT. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mencoba kebijakan baru itu pagi tadi.
Melalui akun Instagram @aniesbaswedan, terlihat keduanya membawa sepeda nonlipat dari Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Anies dan Riza kemudian turun di Stasiun MRT Bundahan HI.
Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan PT MRT membatasi kuota sepeda nonlipat yang masuk ke kereta. Tak hanya itu, sepeda nonlipat hanya bisa masuk di jam-jam tertentu demi menghindari penumpukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah ya, sudah diatur sedemikian ada traffic rule-nya, tandanya, marka, dan sebagainya, dan tempat sudah diatur. Jadi tidak akan mengganggu dan jam masuk bagi pesepeda itu diatur jamnya supaya tidak mengganggu jam-jam sibuk. Jadi sebelum jam sibuk, jam 7 pagi," kata Riza di Balai Kota DKI Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (24/3/2021).
Sejauh ini, Riza menilai pengaturan sepeda nonlipat ini telah dilakukan secara baik dan sistematis. Politikus Gerindra itu mengungkapkan kebijakan ini diterapkan demi memudahkan aktivitas warga di Ibu Kota.
"Jadi prinsipnya, MRT kami Pemprov memberikan dukungan yang terbaik bagi masyarakat Jakarta yang pengguna sepeda, untuk dapat menggunakan sepeda ke kegiatan ke luar, ke kantor, ke tempat-tempat usaha lainnya," jelasnya.
"Ya kan kita memberikan kesempatan bagi Masyarakat seperti yang sudah disampaikan bahwa kita mendorong masyarakat menjadikan sepeda tidak hanya sebagai alat olahraga, alat rekreasi, tapi juga sebagai alat transportasi," sambungnya.
Seperti diketahui, ada kriteria sepeda nonlipat yang bisa masuk ke kereta MRT. Sepeda nonlipat yang diizinkan masuk hanya sepeda reguler dengan dimensi maksimal 200 x 55 x 120 cm. Sedangkan sepeda tandem dilarang masuk. Dengan diizinkannya sepeda nonlipat masuk MRT, apa kata penumpang MRT?
"Bagus, memudahkan orang (yang membawa sepeda nonlipat) buat transportasi. Satu, ramah lingkungan kan sepeda. Jadi kalaupun dia naik sepeda yang agak jauh, bisa menggunakan transportasi kereta," kata Fajar (29) saat ditemui di sekitar Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu (24/3).
Namun Fajar menyarankan agar saat ini kebijakan yang berlaku seperti sebelumnya, yakni hanya diperbolehkan sepeda lipat saja yang masuk ke kereta MRT. Sebab, menurutnya, ukuran sepeda nonlipat besar.
"Untuk sementara sih sepeda lipat. Mungkin ke depannya bisa dikasih space lagi buat dikasih ruangan sepeda yang nonlipat (di dalam gerbong kereta)," tambahnya.
Simak juga video 'Parkir Sepeda di Stasiun Tebet: Dulu Dirantai, Kini Ada Raknya':
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Penumpang MRT lainnya, Reno (39), belum melihat ada orang yang membawa sepeda nonlipat ke dalam kereta MRT.
"Sepeda nonlipat kalau secara ukuran sih mengganggu. Kalau sepeda lipat kan lebih ringkas. Mungkin lebih memakan area lebih banyak kali ya kalau sepeda nonlipat. Mungkin (untuk sepeda nonlipat) ada ruangan lebih di pojokan kereta pas masuk gerbong atau (ada tempat khusus di) gerbong tertentu, gitu," kata Reno.
Ridwan (49), penumpang MRT lainnya, menganggap kebijakan sepeda nonlipat bisa masuk ke kereta adalah hal yang bagus. Menurutnya, sepeda nonlipat tidak akan membuat sempit di dalam gerbong.
"Bagus, bisa buat (pesepeda) ke mana-mana. Bisa ke Senayan, ke mana, lebih enak," kata Ridwan.
"Nggak (mengganggu sepeda nonlipat), leluasa kok, sepi (kereta MRT). (Kondisi di gerbong juga) lengang," tambahnya.
Penumpang lainnya, Triono (47), ingin agar hanya sepeda lipat saja yang tetap diperbolehkan masuk ke kereta MRT. Triono menganggap adanya sepeda nonlipat di dalam MRT kurang pantas dan mengganggu saat kereta sedang penuh.
"Kurang bagus sih (sepeda nonlipat boleh masuk kereta MRT) karena kurang pantas sajalah. Kalau saya sih nggak ada masalah, ya. Kalau (kereta MRT) lagi penuh, kan (sepeda nonlipat) mengganggu yang mau turun, gitu juga," ucap Triono.