Kisah wanita bercadar di Tenjolaya, Kabupaten Bogor, bernama Hesti Sutrisno, belakangan menjadi perbincangan publik karena dirinya memelihara 70 anjing. Hesti sendiri memiliki alasan memelihara puluhan anjing itu agar najis tidak menyebar kemana-mana.
Hesti tidak mempermasalahkan saat orang-orang mempertanyakan haram dan najis ketika merawat anjing. Dia memastikan hanya ingin menolong anjing-anjing yang berada di jalanan.
"Ah biasa saja (ditanya orang-orang tentang haram dan najis). Suruh baca yang sudah dicuit sama MUI pusat saja, kan sudah mengeluarkan fatwa. Apa yang saya lakukan ini menolong (anjing) dari jalanan. Diberi tempat yang aman agar tidak mengganggu makhluk yang disebut manusia, katanya yang (derajatnya) paling tinggi," kata Hesti saat ditemui di Hesti Green House, Jalan Tapos II, Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Kamis (18/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hesti mencontohkan saat akan mengambil anjing dari jalanan. Ketika ada anjing, lanjutnya, manusia tidak akan berani melintas. Setelah anjing itu diambil, manusia bisa melintas di jalan tersebut dengan aman.
"Saya bawa pulanglah yang tadinya dia, ini kan ada anjing liar, ini ada manusia mau lewat. Karena ada anjing, (manusia) kan takut. Akhirnya saya ambil nih (anjing) saya taruh tempat. Akhirnya jalanan nih bisa dilewati sama manusia karena saya taruh nih anjing, nggak mengganggu manusia. Jadi ada berapa makhluk nih yang saya (bantu) ini, si anjing selamat ada tempat aman, si manusia pun lewat aman, kan gitu," bebernya.
Wanita bercadar ini mengakui kadang kesal bila ditanya apakah tidak takut terkena najis saat merawat puluhan anjing. Hesti pun mengatakan Allah SWT yang akan menilai apa yang dilakukannya ini.
"Nggak, saya juga gitu, kadang ada yang bilang, 'Ntar kan pahalanya hilang'. 'Terus pahala siapa yang hilang, pahala saya apa pahala kamu?' 'Ya pahala Ibu', 'Terus kenapa kamu rempong?' Sudah, gitu paling kan. Saya saja yang punya pahala nggak khawatir, gitu kan. Itu baju yang... saya tuh paling gedek sama orang 'Ih, itu ntar bajunya kena (najis), masa sih'. Ya saya yang gonta-ganti (pakaian) saja nggak ribet, kenapa," ungkap Hesti.
"Nah, untuk penilaian ke situnya, biar Allah yang menilai. Untuk diri saya, biarkan menjadi urusan saya sama Allah. Yang penting, itulah niat saya, manusia kan ribet katanya dengan najisnya. Ya sudah deh anjingnya gua bawa balik ke rumah, gua kasih tempat biar najisnya nggak berceceran. Beraknya juga nggak sembarangan, buangnya di septic tank di sini. Jadi kan kalian lewat, lewat aja nggak usah ribetin anjing yang di jalanan. Dia sudah dikasih tempat, bukan saya yang kasih tempat, tapi Allah yang kasih di sini, gitu," tandas Hesti.
Lebih jauh, Hesti mengungkapkan alasan dia selama ini enggan merelokasi semua anjing peliharaannya karena takut anjingnya itu tidak diurus atau bahkan takut dimakan oleh manusia. Hesti juga menambahkan saat ini ada banyak orang yang akan mengambil kesempatan untuk mengambil anjingnya.
"Nggak, untuk saat ini nggak (akan memberikan anjingnya untuk diadopsi), dalam keadaan ini. Karena banyak pihak yang ingin, 'Bu Hesti tahu nggak ada yang mau mengadopsi. Jangan dikasih nih atas nama ini, dia mau dimakan anjing Bu Hesti', ya sudah pasti," kata Hesti.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya:
Menurut Hesti, warga di Kampung Kelapa Doyong tidak mempermasalahkan dirinya karena merawat 70 anjing. Namun, katanya, satu warga yang tidak menyukai dirinya ini memprovokasi warga luar Kampung Kelapa Doyong agar anjing-anjingnya dipindahkan.
"Sebenarnya bukan warga (yang komplain). (Ada) satu orang provokator, cuma tidak ada dukungan dari warga sekitar jadi dia nyari warga luar, ormas luar, gitu. Nah ini RW baru, sedangkan provokator ini mantan preman ibaratnya, katanya, mantan preman iniin (provokasi) yang baru menjabat (ketua) RW. Mantan preman ini yang sebenarnya nggak suka (sama saya)," kata Hesti.
"Ya, entah saya yang kurang upeti, entah saya kurang sajen, ya namanya saya orang sini, gitu kan, saya nggak ini juga kan kayak gitu. Terus akhirnya ada RW yang baru lama menjabat RW, belum lama, belum ada setahun, (di)-provokatorin-lah (ketua RW oleh) yang nggak suka sama saya, diajak nih ceritanya orang ini untuk ikutan tidak suka. Nah RW ini kenal ormas di luar karena dia (di) ormas tersebut anak buahnya. Jadilah ditarik ormas tersebut untuk iniin saya. Padahal nggak ada masalah apa-apa," imbuhnya.
Hesti mulai merawat anjing sekitar 2015. Pada 2018, anjing yang dipelihara Hesti jumlahnya masih belasan ekor. Pada 2018 itu, Hesti juga pernah dikomplain oleh warga Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel), karena memelihara anjing.
Hingga akhirnya kesepakatan pun telah dibuat dan Hesti mengurangi jumlah anjingnya dari 11 ekor menjadi 3 ekor. Kesepakatan itu dibuat pada Selasa (3/4/2018), sekitar pukul 22.30 WIB, setelah sejumlah warga mendatangi rumah Hesti. Kesepakatan itu dibuat dan disaksikan langsung ketua RT setempat dan perwakilan warga.
Selesai pada 2018, pada 2021 ini, warga kembali mempermasalahkan anjing peliharaan Hesti yang dianggap meresahkan oleh warga. Hesti disebut menampung 70 ekor anjing yang jauh dari permukiman warga. Namun warga merasa terganggu karena menganggap anjing yang ditampung berisik dan merugikan.
Dari data yang didapat Polsek Ciampea, Hesti menampung 73 ekor anjing liar. Polisi kemudian kembali melakukan mediasi antara warga dan Hesti.
Dalam mediasi itu, Hesti menyepakati akan merelokasi 47 anjing yang dia pelihara. Mediasi antara Hesti dan warga digelar pada 12 Maret 2021.
"Sudah dilakukan (mediasi antara warga dan Hesti) tanggal 12 Maret kemarin, hari Jumat, di (kantor) Kecamatan Tenjolaya. Ya kalau (mediasi) ini sudah mulai ada titik terang bahwa Bu Hesti itu mau mengeluarkan anjingnya," sebut Kapolsek Ciampea Kompol Beben Susanto saat dihubungi, Selasa (16/3).
Beben menerangkan relokasi puluhan anjing ini merupakan hasil dari mediasi kedua. Dia mengatakan relokasi akan dilakukan secara bertahap.
"Cuma secara bertahap (relokasi), karena harus ditampung juga, dikeluarinnya ke mana (40 anjing Hesti), dan (untuk relokasi ini) sudah koordinasi dengan UPT Peternakan bahwa UPT berkoordinasi dengan komunitas-komunitas penampung anjing barangkali bersedia untuk menampung, ya," ungkapnya.