Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) melakukan survei terkait persepsi para guru atas program vaksinasi COVID-19. Sebagian besar guru bersedia divaksinasi.
Survei singkat bertajuk 'Persepsi Guru atas Program vaksin' diikuti oleh 2.406 guru. Mereka berasal dari jenjang pendidikan PAUD/TK sampai SMA/SMK/MA. Dengan rincian sebagai berikut 6,28% guru PAUD/TK, 50,50% guru SD/MI, 37,20% guru SMP/MTs, dan 5,99% guru SMA/SMK/MA.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun usia para guru berada pada rentang rentang 20-59 tahun dengan rincian sebagai berikut: usia 20-29 tahun sebanyak 17,62%, guru yang berusia 30-39 tahun sebanyak 22,69%, guru yang berusia 40-49 tahun sebanyak 20,57%, dan dominan diikuti oleh guru SMA/ SMK/ MA sebanyak 39,11%.
"Survei diikuti oleh 2.406 guru dari 23 provinsi di Indonesia. Hasil survei menunjukkan bahwa 97,73% guru bersedia divaksinasi dan 8,27% guru menolak divaksinasi dengan alasan khawatir efek samping dan ragu pada kualitas vaksinnya," kata Sekjen FSGI Heru Purnomo dalam keterangan tertulisnya, Rabu (17/3/2021).
Dia menjelaskan mayoritas sebanyak 94,85% telah mengetahui informasi mengenai vaksinasi COVID-19 bagi guru. Sementara selebihnya 4,15% tidak mengetahui informasi ini.
Heru mengatakan hasil survei ini tidak boleh dianggap remeh. Sebab, program vaksinsasi merupakan upaya untuk terlaksananya pembelajaran tatap muka.
"Angka ini tentunya tidak bisa dipandang remeh mengingat target dari pelaksanaan vaksinasi COVID-19 bagi guru adalah bisa terlaksananya pembelajaran tatap muka (PTM) di awal semester tahun pengajaran 2021-2022. Begitu PTM dilaksanakan, tentunya tidak hanya guru dan tenaga kependidikan yang berada di sekolah, tetapi juga siswa yang sampai dengan saat ini belum menjadi kelompok yang akan divaksinasi," tuturnya.
"Apabila masih ada guru yang belum divaksin plus siswa yang juga belum divaksin, maka herd immunity secara komunal di lingkungan sekolah sulit untuk terbentuk," lanjutnya.
Heru menjelaskan para guru yang menolak divaksinasi COVID-19 banyak yang berasal dari luar Pulau Jawa.
"Jika ditelusuri berdasarkan asal wilayah ditemukan bahwa guru-guru yang berasal dari luar Jawa lebih banyak yang menolak untuk divaksin, yaitu sebanyak 24,35% dibandingkan guru-guru yang berasal dari Jawa yang hanya 4,84%," ucapnya.
Selain itu, dia mengungkap, jika berdasarkan usia, tampak bahwa usia guru yang lebih muda persentase ketidakbersediaan mengikuti vaksinasi COVID-19 lebih besar.
"Pada guru yang berusia 20-29 ada sebanyak 10,61% yang tidak bersedia mengikuti vaksinasi, pada usia 30-39 sebanyak 10,97%, dan pada usia 40-49% sebanyak 10,51%. Sedangkan pada usia 50-60 tahun hanya 4,67% yang menyatakan tidak bersedia," jelasnya.
Lihat juga Video "Survei FSGI: Sekolah Tatap Muka Jadi Buah Simalakama bagi Guru":