Ramdhan Effendi atau Anton Medan meninggal dunia. Sebelum wafat, mantan preman kelas kakap ini punya pesan terakhir untuk anak-anaknya.
Pesan terakhir Anton Medan itu diceritakan oleh menantu Anton Medan, Syamsul Bahri. Dia mengatakan pesan itu terkait Pondok Pesantren At-Taibin dan masjid Tan Kok Liong.
"Jadi dari pondok itu beliau ingin memotivasi para mantan napi dan eks preman supaya berubah. Berubah ke arah yang lebih baik dan meninggalkan stigma bahwa mantan napi bukanlah penjahat. Mantan napi bisa berubah, mantan napi bisa berguna untuk masyarakat," kata Syamsul Bahri, Selasa (16/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Syamsul mengatakan Ponpes At-Taibin itu dibangun pada tahun 2000-an. Awalnya, ponpes itu ditujukan untuk mendidik dan melatih mantan narapidana dan preman agar punya kemampuan berwirausaha. Seiring berjalannya waktu, kata Syamsul, Ponpes At-Taibin berkembang dan dibuka untuk pendidikan umum mulai SD sampai SMA.
"Jadi banyak sekali orang-orang yang tidak sekolah tapi punya semangat yang tinggi, punya kemampuan berpikir yang tinggi akhirnya maju. Nah beliau ingin mewujudkannya dengan membuat pendidikan khusus. Didasari pada pendidikan agama terlebih dahulu. Jadi kalau agamanya bagus, insyaallah akhlak dan perkembangan orang itu akan bagus. Nah itu cita-cita beliau sebenarnya dari perjalanan hidup beliau," ujarnya.
Syamsul mengatakan Anton Medan juga mendirikan Masjid Tan Kok Liong di sebelah Ponpes At-Taibin. Dia mengatakan masjid ini sengaja didesain dengan nuansa Tiongkok, Arab, dan Eropa.
"Itu beliau bangun makam, yang beliau bangun dari 2005 lalu, 15 tahun yang lalu. Nah di makam itu, beliau sudah siapkan makam dengan maksud bahwa setiap perjalanan hidup manusia akan berakhir. Berakhir, dan sebaik-baiknya nasihat adalah kematian. Itu yang beliau sampaikan," ujar dia.
Tonton juga Video: Anton Medan Preman Kelas Kakap yang Hijrah Menjadi Pendakwah
Syamsul mengatakan ponpes dan masjid yang dibangun mertuanya saat ini dinonaktifkan. Dia mengatakan hal ini terjadi karena Anton Medan sakit.
"Jadi memang, apa, sejak beliau sakit ya, kemudian beliau juga ada kesibukan lain terutama. Kedua, beliau juga sakit, jadi kurang ada yang bisa membina. Karena kan memang pondok pesantren itu identik dengan beliau. Jadi akibatnya beliau kurang fokus akhirnya manajemen berubah dan lulusan sekolah itu kemudian selesai dan untuk sementara sekolah dinonaktifkan," jelasnya.
Syamsul mengatakan keluarga Anton Medan akan berusaha untuk menghidupkan kembali Ponpes At-Taibin. Hal itu, katanya, sesuai dengan pesan terakhir Anton Medan sebelum meninggal dunia.
"Beliau juga berkaca dari pengalaman hidup beliau yang penuh kepahitan ya. Dari penjara ke penjara, kemudian dari kecil sudah mengalami kepahitan hidup. Mencari uang kemudian uangnya dirampok dan terpaksa harus membunuh, itu jadi pelajaran beliau bahwa orang butuh pendidikan. Dengan pendidikan orang bisa lebih maju dan punya kesempatan yang lebih untuk lebih maju," bebernya.
"Beliau sebelum meninggal, pernah berwasiat kepada anak-anak pada saat itu untuk melanjutkan pondok pesantren. Karena itu cita-cita beliau dan itu dijaga-jaga anak-anak dia. Pernah disampaikan 'tolong jaga cita-cita bapak, biar nanti pondok pesantren berjalan seperti semula'," sambung Syamsul.