Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat mengatakan maraknya pasar gelap vaksin tengah menjadi perbincangan masyarakat di dunia. Ia pun meminta pemerintah agar mengantisipasi hal ini dengan langkah tepat melalui penerapan sistem kewaspadaan yang baku.
Lestari menyebut langkah tersebut dapat memperlancar proses vaksinasi COVID-19 secara nasional. Terlebih saat ini Indonesia tengah kedatangan vaksin dengan merek yang berbeda-beda.
"Saya berharap ada sejumlah langkah yang bisa memastikan masyarakat mendapatkan vaksin yang aman dan tepat, di tengah maraknya pemberitaan pasar gelap vaksin COVID-19 di dunia," ujar Lestari dalam keterangannya, Rabu (10/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan pakar keamanan dari perusahaan perangkat lunak Kaspersky, Dmitry Galov dalam catatannya menyebutkan telah menemukan vaksin COVID-19 yang dijual bebas di pasar gelap. Dalam temuannya, Kaspersky memeriksa 15 pasar berbeda di jaringan Darknet dan menemukan iklan untuk tiga merek vaksin COVID-19.
Menurut Lestari, informasi tersebut harus diantisipasi dengan langkah kewaspadaan dengan memastikan vaksin yang masuk ke Indonesia bersumber dari produsen resmi. Dalam hal ini, vaksin perlu melewati tahapan baku yang telah ditetapkan sebelum masuk ke Indonesia.
"Apalagi, pola pasokan vaksin COVID-19 di Indonesia disepakati bisa dilakukan oleh pemerintah dengan vaksin gratisnya dan pihak swasta dengan program vaksin gotong-royong," katanya.
Oleh karena itu, wanita yang akrab disapa Rerie tersebut mengingatkan agar pihak swasta juga waspada dalam pengadaan vaksin gotong-royong di tengah maraknya vaksin COVID-19 di pasar gelap.
"Jangan sampai vaksin dari pasar gelap ini masuk ke wilayah Indonesia, karena bila aspek keamanan vaksin tidak terjamin, upaya vaksinasi yang dilakukan akan berisiko tinggi terhadap masyarakat," ungkapnya.
Menurut Lestari, pasokan vaksin COVID-19 dengan merek berbeda juga perlu diikuti penjelasan yang transparan. Dengan begitu, masyarakat tidak ragu untuk menjalani program vaksinasi nasional.
Pasalnya, berdasarkan pemberitaan di sejumlah media pada Senin (8/3), Indonesia mendapat pasokan vaksin COVID-19 produksi AstraZeneca sebanyak 1,11 juta dosis vaksin dengan total berat 4,1 ton.
Adapun AstraZeneca merupakan merek vaksin COVID-19 kedua yang tiba di Indonesia setelah vaksin produksi Sinovac yang saat ini sudah didistribusikan ke masyarakat.
Di samping itu, Lestari mengatakan pemangku kepentingan juga perlu mensosialisasikan secara transparan terkait efek samping dan bahan baku produksi vaksin AstraZeneca. Menurutnya, hal ini penting guna mensukseskan program vaksinasi COVID-19 nasional.
(prf/ega)