Bedah 'Bahasa Medan': Pajak untuk Pasar-Doorsmeer Tempat Cuci Kendaraan

Bedah 'Bahasa Medan': Pajak untuk Pasar-Doorsmeer Tempat Cuci Kendaraan

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 09 Mar 2021 12:05 WIB
Ilustrasi doorsmeer di Medan (Datuk-detikcom)
Ilustrasi doorsmeer di Medan (Datuk/detikcom)
Medan -

Jika ke Medan, Anda akan mendengar sejumlah kata yang kerap beda makna dari daerah lain, seperti pajak untuk menyebut pasar hingga doorsmeer untuk tempat cuci kendaraan. Ragam 'bahasa Medan' itu punya sejarah masing-masing hingga digunakan oleh warga Medan dalam percakapan sehari-hari.

Berikut bedah sejumlah kata dalam 'bahasa Medan' yang dirangkum detikcom:

Pajak untuk Menyebut Pasar

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kata 'pajak' digunakan oleh mayoritas masyarakat Medan untuk menyebut pasar tradisional. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 'pajak' memiliki tiga arti. Pertama, pajak berarti pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli barang, dan sebagainya.

Kedua, pajak berarti hak untuk mengusahakan sesuatu dengan membayar sewa kepada negara. Ketiga, pajak berarti kedai; lepau; los tempat berjualan (di Madura).

ADVERTISEMENT

Pemko Medan secara resmi tetap menggunakan kata pasar untuk menyebut tempat berbelanja tradisional di kota ini. Namun, dalam percakapan sehari-hari, pasar malah diartikan sebagai jalan dan pasar untuk tempat berbelanja adalah pajak.

Kawasan sekitar Pasar Sukaramai Medan 'dijajah' PKL (Datuk Haris Molana-detikcom)Kawasan sekitar Pasar Sukaramai Medan 'dijajah' PKL (Datuk Haris Molana/detikcom)

Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara (USU) Budi Agustono memberi penjelasan soal awal mula 'pajak' digunakan untuk menunjukkan pasar. Dia mengatakan hal itu bermula sejak 1950-an.

"Sebutan pajak untuk pengganti pasar sudah lama dikenal masyarakat Sumatera Utara. Tahun 1950-an masyarakat telah menyebut pajak untuk pasar. Disebut pajak karena berhubungan dengan transaksi jual-beli. Sedangkan sebutan pasar dipertukarkan dengan jalan. Dua diksi ini merupakan khas masyarakat Sumatera Utara," kata Budi.

Budi mengatakan masyarakat di Medan ataupun Sumut pada umumnya masih sering memakai kata pajak ketimbang pasar dalam percakapan sehari-hari. Dia mengatakan pajak untuk menyebut pasar juga masih digunakan generasi milenial.

"Disebut pajak karena penjual dan pembeli mengeluarkan alat transaksinya uang, seperti misalnya masyarakat membayar pajak ke pemerintah. Karena sebutan pajak diteruskan dari generasi ke generasi, sebutan ini pun tidak dipakai sampai sekarang ini, bahkan generasi milenial pun meniru menyebutnya pajak," ujar Budi.

Dia berharap Pemko Medan tak mengganti penggunaan pajak untuk menyebut pasar. Menurutnya, hal ini menjadi salah satu keunikan di Medan.

"Sebutan pajak menjadi unik dan khas Medan, sebutan ini tidak perlu diganti. Pemerintah Kota Medan menancapkan plang menyebut pajak misalnya Pasar Sei Sikambing dan ini dibaca masyarakat yang masuk-keluar pasar, tetapi masyarakat tetap menyebutnya pajak, kalau ada yang mengucapkan pasar akan dianggap bukan orang Medan," sebut Budi.

Lihat juga video 'Kala Emak-emak Murka, Lokasi Perjudian di Medan Dihancurkan':

[Gambas:Video 20detik]



Kereta untuk Menyebut Sepeda Motor

Masyarakat di Medan atau Sumut pada umumnya menggunakan kata 'kereta' untuk menyebut sepeda motor dan motor untuk menyebut mobil. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kereta memiliki tiga arti. Pertama, kendaraan yang beroda dua atau empat (biasanya ditarik oleh kuda). Kedua, kata kereta diartikan sebagai kereta api, dan ketiga adalah sepeda motor.

Namun penyebutan kereta di luar Medan atau Sumut pada umumnya bisa menimbulkan multitafsir. Jika ke wilayah Jawa, kereta diartikan sebagai kereta api, bukan sepeda motor. Ahli bahasa yang juga akademisi dari Universitas Negeri Medan (Unimed), Prof Amrin Saragih, mengatakan kata kereta sejak dulu dipakai oleh warga Medan.

"Dulu segala kendaraan yang bergerak tidak dipandu oleh manusia disebut kereta," kata Amrin, Sabtu (6/2/2021).

Dia menyebut jenis kereta yang pertama adalah kereta yang ditarik lembu. Seiring dengan berkembangnya zaman, muncul kereta dengan menggunakan mesin atau dulu disebut kereta berjentera.

"Contohnya kereta lembu, kemudian ada kereta berjentera, jentera itu mesin," ucapnya.

Ilustrasi Medan -- Tugu titik nol Kota Medan (Haris Fadhil/detikcom)Ilustrasi Medan (Haris Fadhil/detikcom)

Lama kelamaan, kereta bermesin kemudian tak lagi disebut sebagai kereta berjentera, melainkan hanya disebut sebagai kereta. Amrin mengatakan tidak mengetahui pasti alasan kata berjentera itu dihilangkan dari percakapan warga.

"Tapi bedanya kereta ini bertahan pada sepeda motor itu tanpa dibarengi kata-kata yang lain. Sama sebenarnya dengan di Semenanjung, Malaysia. Di Semenanjung itu, kata kereta untuk mobil," tutur Amrin.

Dia kemudian menjelaskan kenapa warga di Medan tidak menggunakan kata sepeda motor untuk penyebutan kereta. Alasannya, motor dipakai warga Medan untuk menyebut mobil.

"Kalau di Jawa kereta itu sepeda motor, jadi kalau mereka datang kemari agak bingung. Di sini kenapa tidak menyebut sepeda motor, karena ada juga yang memberi arti motor itu adalah mobil," jelasnya.

Doorsmeer sebagai Tempat Cuci Kendaraan

Tempat mencuci kendaraan di Medan atau Sumatera Utara (Sumut) pada umumnya disebut sebagai 'doorsmeer'. Dekan FIB USU Dr Budi Agustono menjelaskan doorsmeer yang dipakai warga Medan untuk menamai tempat pencucian kendaraan itu berasal dari bahasa Belanda.

"Doorsmeer berasal dari bahasa Belanda, yang artinya membersihkan," sebut Budi saat dimintai tanggapannya, Minggu (7/3/2021).

Dia mengatakan doorsmeer untuk tempat mencuci kendaraan hanya ditemukan di Medan dan sekitarnya. Dia mengatakan tak ada daerah lain yang menyebut tempat cuci kendaraan dengan kata doorsmeer.

"Sebutan ini khas Medan yang tidak ada digunakan di tempat lain," ucapnya.

Budi tak mengetahui pasti sejak kapan doorsmeer dipakai warga untuk menyebut tempat mencuci kendaraan. Dia hanya menyebut Medan telah jadi ibu kota Keresidenan Sumatera Timur sejak 1860-an.

Dia menjelaskan sebutan doorsmeer banyak digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat mencuci motor atau mobil kecil. Kadang, katanya, ada juga orang yang menuliskan 'dorsmer' atau juga 'dorsmeer'.

"Tetapi sebutan doorsmeer ini hanya digunakan pencucian mobil yang menengah ke bawah, sedangkan tempat pencucian mobil besar tidak menggunakan sebutan doorsmeer tetapi pencuci mobil. Doorsmeer lebih banyak dipakai dan disebut di kalangan masyarakat menengah bawah perkotaan seperti pencucian mobil atau sepeda motor di pinggiran kota, yang menyebut cuci mobil atau sepeda motor dengan 'dorsmer', yang spelling-nya tidak benar," sebut Budi.

Halaman 4 dari 3
(haf/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads