Menkes Budi Gunadi Sadikin mewanti-wanti kasus Corona di RI akan naik lantaran testing digencarkan. Menkes meminta warga jangan panik.
Budi Gunadi Sadikin awalnya mengungkap pemerintah akan menggencarkan tes Corona. Testing akan dilakukan pada orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19.
"Begitu ada kontak erat kita kasih target mereka (tracer) bisa nggak 15-30 orang dalam 2 minggu sebelumnya dia teridentifikasi dalam 72 jam di-trace. Begitu sudah dapat orang-orang ini harus segera dites. Tesnya harus dengan tes antigen supaya cepat. Itu akan kita distribusikan ke puskesmas. Kalau dia positif oleh swab antigen langsung masuk kasus positif," kata Budi Gunadi Sadikin saat rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen DPR MPR, Selasa (9/2/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menkes mengungkap kelebihan swab antigen. Menurutnya swab antigen memiliki kecepatan yang tinggi dalam mendeteksi kasus.
"Swab antigen ini bagusnya cepat dan bisa langsung di titiknya, karena kita butuh kecepatan di sini mengejar agar bisa kurangi laju penularannya. Kalau dia positif oleh swab antigen kontak erat ini langsung masuk kasus positif," sambungnya.
Testing dengan swab antigen ini, kata Menkes sudah diterapkan di India. Testing ini akan meningkatkan jumlah kasus. Budi Gunadi Sadikin sudah mengabarkan perihan akan ada kenaikan kasus ini kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi)
"Jadi saya juga sudah ingatkan ke bapak presiden, ini terjadi di India, ini strategi di India. Yang terjadi nanti jumlah kasus akan naik, karena akan lebih banyak yang terlihat," ujarnya.
Semua elemen masyarakat tak usah panik, begitulah imbauan Budi. Data riil Corona di lapangan kata Menkes itu lebih baik terlihat untuk melakukan penanganan lebih lanjut.
"Nah saya bilang ke Bapak Presiden saya juga ingin update di forum terhormat ini, bapak-ibu tidak usah panik, lebih baik kita terlihat riilnya seperti apa, sehingga strategi kita benar daripada kita melihat seakan-akan sedikit kita senang, padahal yang kenyataannya jauh lebih banyak sehingga langkah langkah kita salah," ucapnya.
Dia juga meminta para anggota DPR turut membantu meredam kepanikan warga jika ke depannya ada kenaikan terdeteksinya kasus Corona karena strategi ini.
"Jadi mohon kalau misalnya nanti naik, tolong dibantu meredam kepanikan, karena ini cara kita untuk identifikasi secara benar orang yang terkena ada di mana kita bisa isolasikan," sebutnya.
Simak juga video 'Hasil Investigasi WHO: Sangat Tidak Mungkin Covid-19 dari Lab':
Dalam rapat kerja ini, Budi Gunadi Sadikin juga memberikan penjelasan terkait anggaran bantuan untuk pasien COVID-19 isolasi mandiri di rumah senilai Rp 479 miliar. Anggaran ini disoroti sejumlah anggota Komisi IX DPR RI. Budi Gunadi menyebut sebagian besar anggaran Rp 479 miliar itu akan digunakan untuk memenuhi keperluan obat-obatan hingga vitamin.
"Banyak pertanyaan kenapa isolasi di rumah dikasih anggaran. Itu sebenarnya terkait sebagian besar untuk obat-obatannya, Pak," kata Menkes Budi Gunadi dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (9/2/2021).
Budi mengatakan masyarakat yang teridentifikasi positif Corona dengan gejala ringan akan diisolasi mandiri di rumah. Lalu pemerintah akan memberikan obat-obatan hingga vitamin dari anggaran tersebut.
"Jadi, walaupun dia sudah teridentifikasi, tapi ringan, dia dimasukkan di rumah. Kalau dia positif konfirmasi kita kasih minimum obat-obatan, vitamin, dan antivirus oseltamivir. Tapi kalau dia hanya kontak erat kita kasih vitamin-vitamin saja," ucapnya.
Budi menyampaikan rencana anggaran tersebut berdasarkan aturan dari WHO. Dia menyebut, berdasarkan WHO 80 persen dari 1 juta masyarakat yang terkonfirmasi positif Corona hanya perlu dirawat di rumah.
"Memang bapak-ibu, aturan WHO setiap 1 juta yang terkonfirmasi positif, 80 persen hanya butuh dirawat di rumah, 20 persen saja yang masuk rumah sakit. Itu yang jadi dasar kita untuk hitung berapa banyak anggaran untuk isolasi, dan berapa banyak anggaran untuk terapeutik ini," ujarnya.