Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat (PD) Mazuki Alie melemparkan kritik ke Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Ketua Majelis Tinggi PD, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapillu) PD Andi Arief menyebut Marzukie Ali bagian dari senior Demokrat yang kurang legowo.
"Hampir semua kritik intinya berharap disapa AHY. Para senior ini masih kurang legowo dipimpin anak muda. Tapi itu wajar, namanya sisa-sisa feodalisme," kata Andi Arief kepada wartawan, Jumat (5/2/2021).
Marzuki melontarkan kritik mulai dari adanya biaya politik calon kepala daerah dari Partai Demokrat hingga kurangnya komunikasi Agus Harimurti Yudhoyono terhadap senior Partai Demokrat. Namun, Andi Arief membantah hal itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Over all ini kritik yang baik. Sudah lama dijadwalkan bertemu sebelumnya, tapi karena pandemi maka ada keterbatasan," ujar Andi.
Pilkada yang baru saja berlalu, Andi Arief menyebut apa yang diraih Partai Demokrat mencatatkan sejarah. Kemenangan Partai Demokrat, hampir separuh dari keseluruhan pilkada.
"Soal Pilkada 2020, kemenangan 49%. Kader menang sekitar 64 orang. Capaian terbaik sejak Partai Demokrat ada. Karena diurus dengan baik," ucapnya.
Andi Arief membantah Marzuki Alie jika disebut-sebut ada hambatan dalam pencalonan kepala daerah. Andi Arief menduga Marzuki Alie kurang asupan informasi yang tepat.
"Pengurus atau ketua DPD dan DPC mendapat kemudahan mencalonkan diri, sebagian memang sebagian ada kalah. Mungkin Pak Marzuki Alie kurang mendapat informasi yang akurat," imbuhnya.
Marzuki Alie sebelumnya melontarkan setidaknya enam kritik tajam terhadap Ketum Agus Harimurti Yudhoyono dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono.
Pertama dia menyampaikan soal keluhan sejumlah kader di daerah yang mengaku dimintai sejumlah dana untuk bisa ikut Pilkada. "Keluhan ini tidak bisa saya klarifikasi. Tapi memang harusnya kekurangan kader yang akan bertarung di daerah ditambahkan oleh DPP. Jangan orang mau bertempur pelurunya (malah) diambilin," kata Marzuki Alie kepada tim Blak-blakan detikcom, Rabu (2/2).
Simak selengkapnya, di halaman selanjutnya:
"Di zaman saya ada mekanisme penyaringan untuk para calon kepala daerah, selain survei. Tidak ujug-ujug direkomendasikan seseorang di pusat, sehingga kader asli kemudian kecewa dan marah," papar Marzuki.
Hal lain yang hilang dari PD adalah soal pelatihan kader dan kepemimpinan yang tak lagi dijalankan. Akibatnya di partai itu seolah tak ada tokoh yang bisa memimpin. Di masanya, Marzuki mengaku membuat pelatihan kader dan kepemimpinan partai.
Kapasitas AHY dalam memimpin PD pun diungkit Marzuki Alie. Seharusnya, kata Marzuki Alie, pemimpin partai dipilih karena wawasan, pengalaman, dan kearifannya. Bukan semata karena popularitasnya di survei.
"Kan aneh kok ada kader yang bilang karena AHY surveinya paling tinggi maka dipercayakan jadi ketua umum. Lo, ini mau ngurus partai atau jadi capres?" sindirnya.