Hari Lahir atau Harlah NU (Nahdlatul Ulama) ke-95 diperingati hari ini. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj berharap seluruh komponen gotong royong mengatasi pandemi COVID-19.
"Di tengah ancaman krisis kesehatan dan krisis ekonomi, nasionalisme religius adalah jangkar untuk mengatasi berbagai potensi disintegrasi akibat SARA dan kesenjangan ekonomi. Seluruh komponen bangsa diharapkan gotong royong mengatasi pandemi," ujar Said Aqil Siradj dalam pidatonya di acara 'Istigosah & Tahlil dalam rangkan Harlah Nahdlatul Ulama ke-95' yang disiarkan melalui Youtube, Minggu (31/1/2021).
Selain mengatasi pandemi, Said Aqil juga meminta agar masyarakat ikut membantu sesama yang terdampak secara ekonomi. Serta berhenti menyebarkan narasi atau ujaran kebencian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bahu-membahu menyokong kaum miskin dan papa yang paling terdampak secara ekonomi, dan berhenti mengoyak persatuan dengan narasi kebencian, hoaks, fitnah, dan insinuasi," kata Said.
"NU berharap masyarakat bijak dengan menggunakan media sosial sebagai instrumen merajut silaturahim, menganyam persatuan, dan alat menyebarkan kebaikan dengan ilmu dan informasi yang bermanfaat. Saring sebelum sharing, posting yang penting jangan yang penting posting," sambungnya.
Tidak hanya itu, ia mengajak agar masyarakat dapat mendukung langkah pemerintah dalam menangani COVID-19. Salah satunya dengan menggalakkan vaksinisasi.
"NU juga mengajak seluruh komponen bangsa mendukung langkah-langkah Pemerintah mengatasi pandemi, termasuk dengan menggalakkan vaksinasi," tuturnya.
Said mengatakan, vaksin merupakan bentuk ikhtiar bersama. Dimana hal ini ditujukan untuk kemaslahatan umum.
"Ini adalah ikhtiar bersama untuk mewujudkan kemaslahatan umum yang sejalan dengan tujuan agama untuk memelihara agama, jiwa, nalar, harta, keturunan, dan martabat manusia," kata Said.
Said mengatakan, hari lahir NU kali ini bertepatan dengan kondisi yang berat karena adanya berbagai musibah. Menurutnya, hal ini perlu menjadi titik tolak untuk mendekatkan diri kepada Allah hingga memperbaiki kebijakan publik yang merusak alam.
"Harlah NU pada 2021 M/1442 H jatuh di tahun yang berat ketika semua bangsa tengah bergelut melawan pandemi COVID-19. Ini diperberat dengan aneka bencana alam yang melanda sejumlah wilayah di Tanah Air, mulai dari gempa bumi di Sulawesi Barat, longsor di Jawa Barat, banjir di Kalimantan Selatan, hingga jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di perairan Kepulauan Seribu. Aneka bencana alam dan non-alam ini harus menjadi titik tolak bagi kaum beriman untuk taubat dan mendekatkan diri kepada Allah, termasuk memperbaiki kebijakan publik yang merusak keseimbangan alam," pungkasnya.
(dwia/isa)