Saat peringatan Harlah NU ke-95, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menepis anggapan bahwa partainya anti-Islam dan anti-ulama. Hasto menyebut hal itu hanya isu politik belaka.
PDIP menggelar peringatan Harlah NU ke-95 yang disiarkan langsung di kanal YouTube PDI Perjuangan, Minggu (31/1/2021). Dalam acara tersebut, Hasto menjawab pertanyaan Gus Miftah yang menyebut masih banyak masyarakat yang meragukan keislaman PDI Perjuangan.
"Ya itulah kalau kita sudah berbicara aspek politik, kekuasaan, padahal oleh Bu Mega (Megawati Soekarnoputri) kami diajarkan politik itu membangun peradaban, politik itu membangun persahabatan," tutur Hasto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasto mengatakan partainya tidak serta-merta mengurus kader dan target pemilih saja, tapi juga senantiasa mengurus dan membersihkan lingkungan di sekitar. Menurutnya, hal itu merupakan nilai-nilai Islam yang juga diterapkan di tubuh partai berlogo banteng moncong putih itu.
"Maka kalau di PDI Perjuangan namanya politik itu tidak hanya urusin pemilih, pohon-pohon pun kami urus semua pohonnya, kami menanam lingkungan, membersihkan sungai, diajarkan hidup bersih, bukankah itu juga nilai-nilai Islam? Ya, bagaimana berdisiplin dalam waktu, mengajarkan kebersihan seperti itu yang dijalani," ujar Hasto saat peringatan Harlah NU tersebut.
Hasto berbicara mengenai cara-cara berpolitik yang menghalalkan segala cara untuk mengangkat isu anti-Islam. Namun, bagi Hasto, hal itu tidak berlaku bagi PDIP Perjuangan yang senantiasa diajarkan politik kebaikan.
"Nah itulah kita dengan kehidupan-kehidupan politik yang menghalalkan segala cara, tapi oleh Bu Mega kan kami diajarkan politik itu dengan keyakinan, politik itu dengan menebar kebaikan," katanya.
Hasto menyebut PDI Perjuangan juga memiliki kader NU yang saat ini menjadi kepala daerah. Ia pun kembali menegaskan bahwa partainya tidak anti-Islam dan anti-ulama.
"Oh tidak ada, itu hanya isu politik, makanya banyak kepala daerah kami dari elemen-elemen NU, banyak," tandasnya.