Tim peneliti bidang studi Sains Atmosfer dan Keplanetan Institut Teknologi Sumatera (ITERA) memastikan bahwa batuan yang jatuh menimpa rumah warga di Lampung adalah meteorit. Peneliti ITERA menyebut fenomena jatuhnya meteorit ini langka.
"Termasuk langka itu yang bisa menembus atmosfer. Jadi memang hujan meteor itu fenomena yang sering terjadi sepanjang tahun. Tapi rata-rata fenomena hujan meteor itu akan habis di atmosfer batuannya," kata peneliti ITERA Robiatul Muztaba saat dihubungi, Minggu (31/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan bahwa meteorit bisa sampai ke bumi karena ukuran batuannya cukup besar.
"Tetapi kalau batuannya cukup besar, sehingga lolos ke atmosfer, maka dia disebut meteorit," ujarnya.
Kendati demikian, dia masih belum bisa memastikan apakah temuan meteorit ini ada kaitannya dengan temuan meteorit lain. Ada sejumlah meteorit yang juga ditemukan di beberapa daerah beberapa bulan ini.
"Kita masih perlu mendalami lebih lanjut. Karena memang kan di Indonesia ini dalam kurun beberapa bulan ini ada beberapa kali kejatuhan meteor. Ada yang di Sumatera, di Bali. Kita belum tahu ini merupakan kumpulan yang sama," ungkapnya.
Lebih lanjut, dia menyebut temuan meteorit ini ada kaitannya dengan dentuman yang didengar warga di Lampung.
"Kalau ada dentuman itu ada kaitannya. Kalau dentuman yang di Lampung itu kemungkinan adalah fenomena fireball. Ketika batuan meteor lolos dari atmosfer, nah dengan kecepatan tinggi ke bumi. Dia mengalami pecah," tuturnya.
Suara dentuman tersebut berasal dari batuan meteor yang pecah. Fenomena inilah yang disebut sebagai fireball.
![]() |
Dia menjelaskan bahwa saat ini timnya tengah melakukan uji laboratorium pada sampel meteorit ini. Dia memperkirakan hasil ujinya akan keluar dalam waktu sekitar dua minggu lagi.
Namun, tim peneliti ITERA hanya mendapatkan sampel kecil meteoritnya. Sisanya masih berada di warga.