Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo melepas enam ekor burung hantu di Tabanan, Bali. Adapun pelepasan burung hantu tersebut bertujuan sebagai predator alami pemberantas hama tikus yang kerap merusak padi milik petani di Subak Gunung, Penebel.
Keenam ekor burung hantu tersebut juga merupakan hasil penangkaran yang sudah dilatih untuk berburu tikus oleh komunitas pecinta lingkungan, Bhakti Ring Pertiwi (B-Riper). Dalam pelatihan tersebut, B-Riper juga didukung oleh Dewan Pimpinan Daerah (Depidar) Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) Bali.
"Peran Depidar SOKSI Bali dalam pemberdayaan masyarakat, khususnya para petani, sangat luar biasa. Di bawah kepemimpinan Ketua SOKSI Bali sekaligus Ketua Dewan Pimpinan Nasional (Depinas) SOKSI, AA Bagus Adhi Mahendra, berbagai terobosan terus dilakukan. Salah satunya dengan membina masyarakat melatih dan melepas burung hantu. Memanfaatkan kekuatan alam untuk menjaga keseimbangan alam," ujar Bamsoet dalam keterangannya, Jumat (29/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut disampaikan usai melepas enam burung hantu. Dalam kesempatan tersebut, Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan burung hantu yang telah dilepas tidak akan pergi ke wilayah lain. Hal ini mengingat seluruh burung sudah dilatih hanya untuk memberantas tikus di lahan pertanian warga. Bahkan, lahan pertanian tersebut juga sudah dibuatkan sangkar (rumah) untuk keenam burung hantu tersebut.
"Dalam berbagai jurnal penelitian, sepasang burung hantu bisa melindungi 20-25 hektare tanaman padi. Dalam waktu satu tahun, satu ekor burung hantu dapat memangsa 1.300 ekor tikus. Kehebatan tersebut, salah satunya karena burung hantu memiliki kekuatan pendengaran yang sangat tajam, mampu mendengar suara tikus dari jarak 500 meter," jelasnya.
Wakil Ketua Umum SOKSI ini menyampaikan langkah Depidar SOKSI Bali ini patut dicontoh berbagai kalangan, khususnya Depidar SOKSI di berbagai daerah lainnya.
Pasalnya, semakin banyak Burung Hantu yang dipelihara maka semakin banyak pula lahan pertanian yang selamat, yang tentunya berdampak terhadap produktivitas pertanian.
"Badan Pusat Statistik Bali mencatat, pada tahun 2019 luas panen padi di Bali sebesar 95.319 hektare, mengalami penurunan sebanyak 15.659 hektare atau 14,11 persen dibandingkan tahun 2018. Sementara produksi padinya diperkirakan sebesar 579.321 ton GKG, mengalami penurunan sebanyak 87.749 ton atau 13,15 persen dibandingkan tahun 2018. Memang banyak penyebab penurunan produktivitasnya, salah satunya karena serangan hama tikus," pungkasnya.
Sebagai informasi, turut hadir para pengurus Dewan Pimpinan (Depinas) SOKSI, antara lain Ketua Dewan Pembina Bobby Suhardiman, Ketua Umum Ahmadi Noor Supit, Ketua Harian sekaligus Ketua Depidar SOKSI Bali AA Bagus Adhi Mahendra. Hadir pula Kepala Desa Penebel I Gusti Agung Ketut Sastrawan dan Ketua Komunitas Bhakti Ring Pertiwi (B-Riper) Penebel Putu Partayasa.
(fhs/ega)