Tekad Presisi Kapolri: Transparan dan Penegakan Hukum Berkeadilan

Tekad Presisi Kapolri: Transparan dan Penegakan Hukum Berkeadilan

Adhyasta Dirgantara - detikNews
Jumat, 29 Jan 2021 19:27 WIB
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyambangi PP Muhammadiyah. Ia tampak mengenakan peci hitam saat bertemu dengan sejumlah pengurus PP Muhammadiyah.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti (Rifkianto Nugroho/detikcom)
Jakarta -

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menerangkan upayanya mewujudkan Polri yang jujur dan berkeadilan. Dia menjelaskan, hal itu sudah menjadi tekadnya, sehingga 'transparan berkeadilan' menjadi salah satu unsur dari konsep Polri Presisi.

"Keadilan dan kejujuran, jadi itu sudah menjadi tekad kami bahwa bagaimana ke depan kami bisa melakukan penegakan hukum yang berkeadilan. Kami masukan dalam tagline kami, Presisi, di mana di dalamnya sebenarnya transparansi dan penegakan hukum yang berkeadilan," jelas Sigit di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Jumat (29/1/2021).

Jenderal Sigit mengatakan selalu ada dua sisi dalam penegakan hukum. Oleh sebab itu, dia mendorong penyelesaian permasalahan ditempuh dengan resolusi atau restoratif agar dua sisi yang bermasalah dapat sama-sama merasakan keadilan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi ya kami tahu bahwa tentunya dalam penegakan hukum selalu ada dua sisi sehingga ini terkait dengan masalah rasa ya. Kalau ada sesuatu yang bisa kita selesaikan dengan cara resolusi, restoratif, kita akan selesaikan dengan cara itu, kecuali yang memang itu sudah menyangkut masalah kehilangan jiwa atau sesuatu yang besar, yang mau tidak mau kita harus proses tuntas," terang Sigit.

Oleh sebab itu, kata Sigit, dia ingin ke depan polsek dapat menjadi tempat penyelesaian masalah dengan cara restoratif. Dia lantas menyebut nilai budaya dan adat menjadi filosofi dari penegakan hukum berkeadilan.

ADVERTISEMENT

"Karena itu ke depan bagaimana polsek kita jadikan basis resolusi untuk menyelesaikan masalah seperti itu. Artinya ini juga bagaimana kemudian kita coba mengingat kembali nilai-nilai budaya, nilai-nilai adat kita yang mungkin bisa jauh lebih baik menyelesaikan masalah," tutur Jenderal Sigit.

Dia kemudian memberi contoh penyelesaian konflik di Papua dengan cara upacara bakar batu. Sigit menuturkan, jika hal-hal semacam itu lebih menghadirkan keadilan di antara masyarakat, baik pelaku maupun korban, sah-sah saja.

"Misalnya di Papua (masalah diselesaikan dengan upacara) bakar batu. Kalau memang itu jauh lebih baik, kenapa tidak. Hal-hal seperti itu yang kami pikir filosofi dari penegakan hukum yang berkeadilan. Jadi rasa keadilan dari masing-masing. Dari pada kami harus hanya memaksakan kepastian hukum, kasus selesai, kita sidangkan, tapi belum tentu rasa keadilan itu dirasakan, baik oleh pelapor maupun terlapor," tandas Sigit

(aud/aud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads