Ribut-ribut Menparekraf Sandiaga Uno dengan Anggota Komisi X DPR Putra Nababan soal ajakan lari pagi dianggap lucu bak sinetron ABG. Juru Bicara (Jubir) Sandiaga Uno, Kawendra Lukistian menyebut hal itu hanya soal perbedaan gaya berkomunikasi.
"Tentu siapa pun sah-sah saja memiliki penilaian, karena ini negara demokrasi jadi setiap kita berhak bersuara, memberi penilaian bahkan mengkritisi. Saya sepakat soal persoalan perbedaan gaya komunikasi saja," kata Kawendra kepada wartawan, Kamis (28/1/2021).
Kawendra menyebut Sandiaga ke depan akan intens berhubungan dengan Komisi X DPR. Berbicara langsung dengan Putra Nababan pun dirasa bukan hal sulit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebetulnya kan pasti ke depannya Bang Sandi pasti akan lebih banyak berinteraksi dengan teman-teman Komisi X termasuk Bung Putra Nababan tentunya, jadi saya rasa untuk ngobrol secara langsung bukan hal yang sulit ya," ujarnya.
Sebelumnya, postingan Menparekraf Sandiaga Uno tentang ajakan lari pagi untuk anggota Komisi X DPR, yang hanya dihadiri 2 orang, berbuntut panjang setelah diprotes Putra Nababan. Putra Nababan yang duduk di Komisi Kebudayaan itu menilai Sandiaga membuat citra mereka buruk karena terkesan tak bisa bangun pagi. Ribut-ribut kedua belah pihak ini dianggap lucu.
"Lucu juga sih melihat sumber persoalan yang menghadap-hadapkan Putra Nababan dan Sandiaga Uno yang kebetulan masing-masing merupakan anggota Komisi X dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif," kata peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen atau Formappi, Lucius Karus, dalam keterangannya, Kamis (28/1).
Simak juga video 'Singgung Sandiaga, PPP Tampik Pilkada 2022 Demi Anies ke Pilpres':
Simak selengkapnya, di halaman selanjutnya:
Menurut Lucius Karus, ribut-ribut antara Putra Nababan dan Sandiaga Uno amat jauh dari pokok pembicaraan Komisi X DPR dan Kemenparekraf sehingga seharusnya itu tidak terjadi. Lucius menyebut kehebohan ini lantaran masalah gaya komunikasi.
"Pokok soal yang terlihat ada pada masalah komunikasi yang tidak memadai. Sandi menganggap posting-annya sekadar informasi saja, tetapi ketika ia membawa institusi DPR yang diwakili oleh Komisi X dengan 50-an anggota, maka memang tak bisa mengharapkan semua anggota akan bisa menerima apa yang ditulisnya. Juga tak bisa dicegah juga anggapan jikalau posting-an itu merupakan upaya framing kepada Komisi X," jelas Lucius.