DPRD Kota Surabaya mendukung berjalannya kolaborasi antara pedagang ritel dengan platform marketplace buatan lokal, Warung RTRW (Ritel Terpadu Ruang Wirausaha). Marketplace tersebut akan memfasilitasi para pedagang untuk memasarkan produknya dan menggerakkan aktivitas sociopreneur di Surabaya.
Selain melibatkan para pelaku usaha, Warung RTRW juga menggandeng warga di sekitar lokasi usaha untuk menjadi pengantar pesanan. Pemberdayaan warga akan dikelola oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) dan karang taruna setempat.
Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya AH Thony menjabarkan Warung RTRW membantu warga atau pedagang untuk meningkatkan penjualan dengan sistem yang lebih memudahkan. Thony memandang hadirnya marketplace lokal tersebut akan membantu pedagang meningkatkan aktivitas penjualannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan melibatkan pedagang dan perancang yang sudah ada tidak akan mematikan potensi ekonomi yang sudah ada. Jadi tidak ada kompetisi yang berat," kata Thony dalam keterangan tertulis, Rabu (27/1/2021).
Pihak aplikasi akan menghubungkan kelompok tani dengan para pedagang di kecamatan. Thony memandang sistem tersebut akan memotong rantai distribusi barang yang terlalu lama.
"Operator dari Gapoktan yang langsung menuju pasar itu akan langsung ke kecamatan-kecamatan," kata Thony.
Aplikasi digital ini, lanjut Thony, nantinya juga akan memfasilitasi ribuan toko kelontong di Surabaya untuk meningkatkan penghasilan. Mereka tinggal bergabung, mencantumkan produk mereka, dan harga serta stok barang yang ada.
"Sampling pelaku usaha ada banyak, seperti di Kelurahan Sidosermo, kemarin kita lihat ada toko yang jualan sekitar 34 titik. Mereka jualan. Tapi di antaranya ada yang mobile, tapi di perumahan sekitar Bendul Merisi yang ada perumahannya hampir tidak ada, untuk membantu mereka nanti kita berkoordinasi dengan LPMK setempat atau RT/RW dalam rangka pemberdayaannya untuk mengadopsi sistem pemasaran berbasis teknologi," jelas Thony.
Thony menambahkan pihak LPMK dan RT/TW akan menyosialisasikan sistem pemasaran digital kepada para pedagang. Mereka diberikan edukasi mengenai pemasaran produk lewat platform digital untuk menjangkau lebih banyak pembeli.
"Jika mereka mau bergabung akan menjadi mitra. Namun jika tidak mau, maka mereka akan memberikan edukasi, sebab ke depan akan dihadapkan dengan sistem seperti ini, jika tidak mau juga tidak masalah," ujarnya.
"Sedangkan untuk prosesnya kita akan memanfaatkan lembaga-lembaga kampung seperti LMPK. Sebab sistem ini dari Kampung untuk kampung. Karena ini bukan murni sosial bisnis, tapi socialpreneur untuk masyarakat Surabaya," imbuh Thony.
Setelah membantu pedagang bertransaksi melalui aplikasi, lanjutnya, DPRD Kota Surabaya juga mendorong pembentukan koperasi-koperasi di tingkat kecamatan agar mempermudah warga melakukan simpan pinjam.
"Jadi simpan pinjam, agar usaha mereka tetap jalan," sebut AH Thony.
Salah satu warga Surabaya, Titin, mendukung sistem sociopreneur melalui aplikasi Warung RTRW untuk meningkatkan penghasilan masyarakat.
"Kalau menurut saya lebih mempermudah, mempercepat kita tidak harus belanja keluar rumah atau apa. Jualanya eceran, ongkir yang ditawarkan murah," kata Titin.
Selain itu, lanjut Titin, aplikasi Warung RTRW juga memfasilitasi pembayaran listrik, PDAM dan lainnya, yang juga bisa dikelola oleh LPKM serta karang taruna.
(ncm/ega)