Pengungsi korban gempa di Majene, Sulawesi Barat (Sulbar), mulai terserang berbagai penyakit, seperti demam, diare, dan gatal-gatal. Tenda pengungsi yang tipis mulai bocor.
Hal itu dirasakan oleh korban gempa Sulbar, yang mengungsi di area Sport Center Majene (SCM). Para pengungsi menyuarakan bahwa bantuan yang paling mendesak dan dibutuhkan adalah tenda yang layak digunakan untuk mengungsi dan pelayanan posko kesehatan.
Salah satu pengungsi korban gempa Sulbar, Sukriani (30) mengatakan ia mengungsi di SCM bersama keluarganya sejak hari pertama terjadinya gempa pada Jumat (15/1). Berlindung dari panasnya matahari dan dinginnya angin malam, Sukriani bersama keluarganya hanya mengandalkan terpal yang sudah tipis dan bocor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami di sini sudah 6 hari, rumah tempat tinggal saya bersama keluarga retak akibat gempa. Kondisi cuaca yang tidak stabil membuat tenaga kami untuk mengungsi di bawah tenda atau terpal semakin lemah. Hari ini sudah memasuki hari ketiga, saya merasakan demam tinggi. Tenda yang kami gunakan sangat tidak memungkinkan untuk bisa menahan dinginnya malam. Apalagi beberapa hari yang lalu daerah Majene kembali tertimpa musibah angin kencang," ucap Sukriani saat ditemui di tenda pengungsiannya, Kamis (21/1/2021) pagi.
Sementara itu, Sudi (40), suami Sukriani, menyampaikan hanya bisa menjaga dan menemani istrinya yang terbaring sakit di tenda pengungsian. Dia menyebut pertolongan tenaga medis terhadap istrinya dirasakan pada Rabu (20/1/) sore.
"Kami memilih mengungsi di sini karena menurut kami ini aman. Namun jauh dari tempat atau posko kesehatan. Saya hanya bisa jaga dan dampingi istri. Tidak berani meninggalkannya sendiri di tenda. Tapi alhamdulillah, kemarin istri saya sudah dapat pelayanan dari tenaga medis," ucap Sudi.
Sudi bersama pengungsi korban gempa Sulbar lainnya menanti bantuan dari semua pihak untuk mendapatkan pertolongan yang layak. Menurutnya, ia sangat bersyukur bisa selamat dari bencana gempa.
"Kami sangat butuh bantuan tenda yang layak, supaya bisa menutup angin untuk cegah dinginnya malam. Selain itu, kami pun berharap ada posko pelayanan kesehatan yang menetap di area ini. Apalagi yang di sini banyak kepala keluarga dan anak anak yang hanya tinggal di tenda," tutur Sudi.
(gbr/gbr)