Sejumlah warga yang mengalami luka akibat gempa magnitudo (M) 6,2, yang mengguncang Sulawesi Barat (Sulbar), keluar dari rumah sakit dan memilih dirawat di tenda pengungsian. Sebab, mereka masih trauma terhadap gempa yang terjadi.
"Masih trauma dengan kejadian (gempa), takut, apalagi melihat gedung rumah sakit semuanya retak," ujar seorang warga yang masih mengalami luka, Erni, saat ditemui di tenda pengungsian di Mamuju, Selasa (19/1/2021).
Erni mengaku masih dihantui rasa takut akan terjadinya gempa susulan. Karena itu, dia bersama warga yang luka lainnya lebih memilih dirawat di tenda pengungsian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wanita asal Desa Botteng Utara, Kecamatan Simboro, itu mengaku bersyukur karena tim medis memperbolehkan dirinya pulang dan menjalani perawatan di lokasi pengungsian.
"Saya panik, jadi kita minta untuk pulang. Alhamdulillah diizinkan dan pihak rumah sakit mengerti, kita diizinkan pulang. Saya tertimpa reruntuhan batu. Tempat tinggal hancur," katanya.
Namun tim medis yang merawat Erni di tenda pengungsian terkendala ketersediaan obat-obatan dan peralatan medis. Menurut seorang petugas medis di tenda pengungsian, Lisa, banyaknya warga luka yang memilih dirawat di tenda pengungsian tak sebanding dengan ketersediaan obat.
"Kemarin kita menjahit (luka) pakai tangan, tidak ada alat. Darurat ya, terpaksa, semoga ada bantuan masuk, seperti alat, obat-obatan, kebutuhan kita di sini. Apalagi tiap hari ada warga yang masuk dirawat," kata Lisa.
Sementara itu, menurut Kepala Desa Botteng Utara Syahril, ada puluhan warga di desanya yang menderita luka serius dan terpaksa menjalani perawatan di pengungsian.
"Kalau dari luka-luka, seperti halnya di depan saya ada anak saya luka kaki, ada sekitar 10-20 luka-luka dijahit," ungkapnya.
(nvl/nvl)