Polres Bandara Soekarno-Hatta mengungkap modus pemalsuan surat swab test oleh 15 tersangka. Pelaku menggunakan format PDF perusahaan farmasi yang disalahgunakan oknum pegawai yang juga tersangka di kasus ini.
"Yang kedua, aktor intelektualnya adalah saudara U. Dia adalah pegawai fasilitas daripada rapid test di PT Kimia Farma. Saudara U inilah yang punya PDF mana kira-kira... karena dia orang dalam. Dia tahu mana yang boleh," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus dalam jumpa pers di Polresta Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Senin (18/1/2021).
Surat yang sudah memiliki kop surat klinik kesehatan dalam bentuk PDF ini diedit oleh tersangka. Kemudian, aktor lain berinisial DS akan mengisi data surat swab test sesuai pesanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Contoh misalnya, kop suratnya (perusahaan farmasi) F, ada BF, ada juga N, dan beberapa dokter-dokter lain. Jadi contoh 1 misal ada surat, ini dihapus sama dia. Kemudian diserahkan kepada saudara DS. Nanti DS ini kemudian yang mengetik sesuai pesanan," terangnya.
Yusri menjelaskan DS adalah mantan petugas validasi KKP. Dia bertugas mengedit data pemesan surat swab test. Surat swab palsu ini ditarif hingga Rp 1,5 juta.
"Orang pesan swab antigen dia ketik namanya lengkap di situ. Dia cuma minta data pribadi tanpa melalui swab atau rapid test. Cukup dengan bawa KTP, bayar sesuai harga yang ditentukan itu sudah dapat surat untuk terbang. Ini bisa jadi klaster. Ini sudah mulai dari Oktober (2020). Kemarin terakhir tanggal 7 Januari dia lakukan," tutur Yusri.
Kemudian, Yusri juga membeberkan peran tiap pelaku selain U dan DS. Ada pelaku yang tugasnya mencari calon penumpang hingga mengantarkan surat palsu ke penumpang.
"Yang pertama MHJ ini adalah yang mencari, dia mencari mana yang jadi sasaran yang mau atau berangkat tapi mau cepat tanpa tes, cukup dengan bayar kemudian bisa terbang dapat surat. Kemudian yang kedua kita amankan saudara M. M sama ZAP dia ini kenal dengan saudara DS yang membuat. Kemudian karena dia kenal saudara MHJ yang pertama bagian nyari nanti hubungannya ke M dan ZAP. Ada bagiannya masing-masing. Misal contohnya M dan ZAP dapat Rp 200 ribu. MHJ dapat sekitar Rp 250 ribu. Bagian dari Rp 1,1 juta itu mereka bagi-bagi," beber Yusri.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya
"Kemudian yang keenam saudara AA. AA ini relawan Validasi di KKP. Dia yang siapkan laptop, printer, tempat untuk print dia yang siapkan dengan bagiannya tersendiri. Yang ketujuh saudara U. U ini kemudian dia adalah security. Kemudian saudara YS relawan KKP. Kemudian satu lagi ada SP, ini sama semuanya dia lah yang tugasnya perannya mengantar, kalau sudah jadi diantar surat ini kepada orang tersebut. Bahkan kalau perlu langsung diantar ke loket keberangkatan," sambungnya.
Sementara itu, ada pelaku berinisial YS yang membuat stempel palsu. Stempel tersebut didapat polisi usai menggeledah kediamannya.
"Saudara YS sendiri setelah kita lidik mendalam terhadap saudara YS yang mengantar, kita lakukan penggeledahan saat penangkapan, kita temukan stempel-stempel. Ini stempel palsu semua. Baik itu stempel untuk dokter, untuk (perusahaan farmasi) N, F, kemudian untuk F, semua yang punya kompeten untuk keluarkan surat bebas dari COVID-19. Ini dia palsukan, dia buat sendiri. Saat kita penangkapan di YS kita temukan ini," tuturnya.
Yusri menyebut, para pelaku ini sudah beroperasi sejak Oktober 2020. Mereka mengaku sudah membuat 200 lembar surat swab test palsu.
"Kita sudah lakukan pendalaman, pengakuan dari saudara DS itu sekitar 200 orang lebih dari bulan Oktober (2020)," imbuh Yusri.
Meski demikian, kepolisian tidak percaya begitu saja. Saat pelaku diinterogasi, jawabannya tidak meyakinkan karena berubah-ubah.
"Tapi kami tidak percaya. Karena masih plin-plan. Seperti yang ditanyakan jawabannya 150, setelah kita lihat data sementara itu 200 orang lebih. Bahkan ini bisa lebih lagi," tuturnya.
Lebih lanjut, Yusri mengatakan para pelaku bisa memproduksi 20-30 surat swab bebas COVID-19 palsu setiap harinya. Jika dikalkulasikan sejak Oktober 2020 sampai Januari 2021, maka jumlah pemesan bisa mencapai 1.000 orang.
"Karena dia membuat setiap hari dia buat surat ini sekitar 20-30 setiap hari. Coba kita hitung, 20-30 rata-rata sehari. Itu masih kita masih dalami. Kalau sudah dari Oktober, sampai Januari sudah bisa hampir 1.000," beber Yusri.
Yusri juga menyebut keuntungan per surat dibanderol di harga sekitar Rp 1 juta. Maka dari itu kepolisian memprediksi mereka sudah meraup keuntungan minimal Rp 500 juta.
"Dengan keuntungan Rp 1 juta per surat, kita rata-rata 500 orang saja sudah setengah miliar keuntungan yang dicapai," tandasnya.
Dihubungi terpisah, Sekretaris Perusahaan PT Kimia Farma Ganti Winarno Putro mengatakan pihaknya belum menerima informasi terkait adanya oknum pegawai yang terlibat dalam pemalsuan surat swab test tersebut.
"Kami sedang mengecek, karena kami belum menerima laporannya. Belum terima (informasi), makanya kami cek dulu, kami cari informasi klarifikasinya seperti apa," kata Ganti.