Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi terpilih menjadi salah satu co-chairs COVAX dengan perolehan suara terbanyak, yakni 41 persen dari total suara yang masuk. Pemilihan dilakukan melalui e-voting dan diumumkan pada 12 Januari malam waktu Jenewa.
Selain Menlu RI, Menteri Kesehatan Ethiopia Lia Tadesse dan Menteri Pembangunan Internasional Kanada Karina Gould juga terpilih untuk memimpin program pengadaan dan distribusi vaksin COVID-19 bagi 92 negara yang tergabung dalam COVAX Advance Market Commitment (AMC).
"Ini sebuah kepercayaan dunia, terutama negara-negara berkembang kepada Indonesia. Pada saat kita bicara kepercayaan, apalagi ini kepercayaan yang cukup tinggi, maka saya kira nilainya itu tidak bisa dihitung dengan angka. Ini sebuah nilai yang cukup tinggi," ujar Retno kepada tim detikcom, Kamis (14/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Retno, dengan dirinya terpilih sebagai ketua bersama program pengadaan vaksin COVID-19 global akan membawa banyak keuntungan bagi Indonesia. Pasalnya, kemampuan leadership Indonesia telah diakui dan dipercaya dunia, khususnya oleh negara-negara berkembang untuk memastikan kesetaraan akses vaksin bagi semua negara.
"Ini tidak lepas dari bagaimana negara-negara melihat Indonesia. Leadership Indonesia selama ini. Karena sekali lagi menjadi co-chairs dari kelompok AMC 92 harus dapat membawakan suara negara berkembang," paparnya.
Selain itu, ia mengatakan bahwa negara anggota AMC 92 nantinya akan memperoleh vaksin COVID-19 sampai dengan 20 persen dari total penduduknya, dengan jenis vaksin yang disesuaikan dengan preferensi dari tiap negara.
"Tetapi pada poin sekarang ini terdapat sebuah confidence yang cukup tinggi, bahwa negara AMC 92 kemungkinan besar akan dapat memperoleh sampai 20% dari penduduknya," tuturnya.
Tidak hanya itu, Retno juga menilai keterlibatan Indonesia dalam program pengadaan vaksin Corona ini bisa dijadikan dasar dalam perumusan perencanaan sekaligus kebijakan terkait penanganan pandemi COVID-19 dan pelaksanaan vaksinasi.
"Dengan Indonesia berada di situ, berarti kita paham lebih banyak mengenai dinamika, tantangan, solusi, semua yang terkait dengan isu vaksin dunia. Yang berarti ini akan sangat bermanfaat bagi Indonesia untuk perencanaan kita, untuk kebijakan kita di sini, dan lain-lain. Jadi manfaatnya untuk Indonesia besar sekali," pungkasnya.
(akn/ega)