Sejumlah warga mendatangi Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Ulum di Desa Kedungbunder, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur (Jatim). Mereka menduga ponpes tersebut dijadikan lokasi isolasi pasien positif COVID-19.
Namun, setelah diberi penjelasan, warga pulang dengan hati lega. Sejak tiga hari lalu, mobilitas ambulans keluar-masuk Ponpes Nurul Ulum cukup tinggi.
Kondisi ini membuat warga menduga gedung lembaga pendidikan itu dijadikan lokasi isolasi bagi pasien positif COVID-19. Warga sekitar mendatangi ponpes tersebut menolak karena lokasi ponpes berdekatan dengan permukiman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak Polres Blitar bersama Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Sutojayan dan warga kemudian melakukan mediasi. Semua pihak yang berkaitan dengan masalah ini diajak duduk bersama untuk mengetahui akar masalah sekaligus merumuskan solusi yang membuat nyaman dan aman bersama.
![]() |
"Ada miskomunikasi. Jadi, Ponpes Nurul Ulum itu memang dijadikan lokasi isolasi bagi santri yang terkonfirmasi positif COVID-19. Khusus untuk santri saja, bukan untuk masyarakat yang OTG. Karena sudah ada LEC di Garum, kan. Jadi semua sudah clear," jelas Kapolres Blitar AKBP Leonard M Sinambela saat dimintai konfirmasi detikcom, Jumat (15/1/2021).
Sepekan terakhir, klaster ponpes muncul di beberapa lokasi di Kabupaten Blitar, di antaranya di Kecamatan Garum, Kanigoro, Kademangan, Ponggok, Sanankulon, Talun, dan Wonotirto. Data per Kamis (14/1), kasus baru di Kabupaten Blitar menembus angka 107 atau tertinggi se-Jatim.
Jubir Satgas COVID-19 Kabupaten Blitar, Krisna Yekti, memaparkan klaster ponpes ini berasal dari santri yang akan kembali ke ponpes. Mereka melakukan rapid antigen mandiri dan hasilnya positif. Begitu juga dengan yang terjadi di Ponpes Nurul Ulum ini.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Dari rapid antigen yang positif, dilakukan tracing dan testing kepada 163 kontak erat. Hasil swab test sementara ini yang terkonfirmasi positif sebanyak 25 santri.
"Namun, karena ternyata jumlahnya yang positif dan di-swab juga positif ada 25 santri, kami rekomendasikan mereka isolasi di dalam ponpes saja," tutur Krisna.
![]() |
Menurut Krisna, kebijakan ini diambil mengingat masih banyak hasil swab santri lain yang belum keluar. Sementara itu, kapasitas gedung LEC di Garum sebagai lokasi isolasi bagi pasien positif COVID-19 tanpa gejala sudah penuh.
"Ya kami harus bertindak cepat. Tidak mungkin mereka menunggu LEC ada tempat. Jadi nanti semua santri Nurul Ulum yang positif isolasinya kami sentralisir di dalam pondok pesantrennya. Tadi itu warga hanya miskomunikasi saja karena pondoknya kan mepet rumah penduduk itu," katanya.