Kementerian Kesehatan dan Kementerian Riset dan Teknologi bekerja sama dalam rangka pelacakan mutasi virus Corona (COVID-19). Salah satu tujuan kerja sama ini untuk mencegah mutasi virus Corona berdampak pada efektivitas vaksin COVID-19.
"Kita harus memahami mutasi yang terjadi ini agar tidak menghambat pengembangan dan efektivitas vaksin yang didesain khusus untuk COVID-19. Kita pahami, sampai saat ini, belum ada hambatan efektivitas vaksin dari mutasi yang ada. Tapi tidak bisa berpuas diri, kita harus waspada, dan itu bagian dari genomic surveillance yang kita lakukan," ujar Menristek Bambang Brodjonegoro yang disiarkan di YouTube Kemenkes, Jumat (8/1/2021).
Jadi, Kemenkes dan Kemenristek bekerja sama mengenai surveilans genom virus Corona dan kerja sama inovasi surveilans genom virus Corona. Kerja sama ini diteken Menkes Budi Gunadi Sadikin (BGS) dan Menristek Bambang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tujuannya, utamanya terbagi dua, whole genome sequencing dan surveillance genomic yang bersifat spesifik, tidak hanya sekedar Indonesia menyampaikan informasi lebih banyak terkait karakter COVID-19 di Indonesia dalam bentuk whole genome sequencing, tapi kita ingin mempelajari dan mengetahui apabila terjadi mutasi virus yang terjadi penularan lebih cepat, atau membuat penyakit lebih berat, dan cara penanganan pasien dari dari genomic surveillance," papar Bambang.
Sementara itu, Menkes BGS berharap kerja sama ini dapat membangun sistem pertahanan melawan COVID-19. BGS berpesan pertukaran informasi antara Kemenkes dan Kemenristek harus cair dalam rangka surveilans genom virus Corona.
"Saya baru sadar yang memiliki kemampuan untuk membangun sistem pertahanan against virus ini adalah saya dan pak Bambang. Saya berharap tanda tangan ini awal, harus ditindaklanjuti, saya harapkan hasil diskusi, kita harus menjalin semua lab yang mampu melakukan genom sequencing proses, yang mampu melakukan infiltrasi virus, baik itu di tempat saya dan pak Bambang," ucap BGS.
Halaman selanjutnya seputar varian baru virus Corona...
"Kami telah memperingatkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan masih terus menganalisa data yang ada untuk memperjelas pemahaman kami terkait virus ini," kata Chris seperti dikutip dari gov.uk.
Chris menjelaskan sejauh ini belum ada bukti atau tanda-tanda mutasi menyebabkan virus jadi lebih mematikan. Selain itu juga belum ada bukti mutasi berdampak pada efektivitas vaksin dan terapi yang sudah ada.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Minggu (20/12/2020), memberikan komentar soal temuan mutasi baru virus Corona ini. WHO mengaku akan terus berkoordinasi dengan otoritas di Inggris dan mengabarkan bila ada hasil analisis yang baru.
Kami akan memberi tahu semua negara anggota dan masyarakat umum bila ada lebih banyak hal yang bisa dipelajari tentang karakterisik varian virus ini dan apakah ada implikasinya," tulis WHO di media sosialnya.
"Untuk sementara, kami terus menyarankan agar orang-orang melakukan semua tindakan pencegahan penularan COVID-19 dan patuh terhadap pedoman otoritas setempat," lanjut WHO.
Sebetulnya sudah ada banyak mutasi pada virus Corona COVID-19 yang dilaporkan sejak pertama kali muncul pada 2019 silam. Hanya saja tidak semua mutasi tersebut membuat heboh karena dianggap tidak berpengaruh banyak pada karakteristik virus.
Varian mutasi Corona yang sempat membuat heboh sebelumnya adalah D614G yang terdeteksi di Eropa Barat dan Amerika Utara. Lalu varian 20A.EU1 yang menyebar di pekerja pertanian Spanyol pada bulan Juni hingga Juli 2020.