Menristek: Sensitivitas GeNose 92 Persen, Spesifisitas 90 Persen

Menristek: Sensitivitas GeNose 92 Persen, Spesifisitas 90 Persen

Muhammad Ilman Naf'ian - detikNews
Kamis, 07 Jan 2021 13:45 WIB
Menristek Bambang Brodjonegoro
Bambang Brodjonegoro (Foto: Istimewa)
Jakarta -

Alat screening virus Corona, GeNose C19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) dinyatakan memiliki sensitivitas tinggi. Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan sensitivitas alat tersebut sudah di atas 90 persen.

"Akurasinya menurut uji validasi yang dilakukan terakhir yang sudah disampaikan kepada Kemenkes sebelum dapat izin edar tingkat sensitivitas itu sekitar 92 persen, tingkat spesifitas itu 90 persen, jadi intinya kita ingin punya alat screening atau rapid test yang mudah," ujar Bambang dalam acara konferensi pers penyerahan alat GeNose C19 secara daring, Kamis (7/1/2021).

Spesifisitas adalah kemampuan tes untuk menunjukkan individu mana yang tidak menderita sakit dari mereka yang benar-benar tidak sakit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kembali ke pernyataan, Bambang Brodjonegoro menjelaskan kegunaan GeNose C19. Menurutnya, alat tersebut berfungsi sebagai screening bukan diagnosa COVID-19.

"Bahwa GeNose ini adalah alat screening cepat, dia tidak menjadi alat untuk diagnosa, dia benar-benar akan menjadi alat screening atau istilahnya Pak Menko tadi dia kategorinya rapid test, cuma bedanya kalau ada rapid test antibodi ambil darah, rapid test antigen mengambil swab, kalau yang ini GeNose ini memakai embusan napas kita, tapi dasarnya adalah rapid test," kata Bambang.

ADVERTISEMENT

Bambang menerangkan sistem kerja alat tersebut menggunakan teknologi artificial intelligence. Teknologi tersebut merupakan bagian untuk memecahkan masalah kesehatan pada revolusi industri 4.0.

"Yang menarik dari GeNose ini adalah upaya pemecahan masalah kesehatan dengan menggunakan revolusi industri ke-4, karena yang digunakan adalah artificial intelligence. Ketika Anda mengembuskan napas dan napas disimpan di dalam kontainernya, kemudian plastik kontainernya dimasukkan ke mesin itu. Maka yang bekerja dalam artificial intelligence. Pada dasarnya adalah machine learning, mesin yang terus belajar. Jadi semakin banyak alat ini dipakai, semakin banyak data yang masuk dan semakin akurat," katanya.

Simak juga video 'Polda DIY Jajal Alat Tes Corona GeNose Buatan UGM':

[Gambas:Video 20detik]



Simak penjelasan lengkapnya di halam berikutnya.

Lebih lanjut, Bambang mengatakan alat GeNose C19 akan diproduksi sebanyak 5 ribu unit. Produksi tersebut ditargetkan selesai pada Februari 2021.

Menurutnya, alat GeNose C19 yang paling besar akan dijual dengan harga Rp 62 juta. Alat tersebut bisa melakukan tes sebanyak 100 ribu kali.

"Harga unit yang paling besar paling mahal itu Rp 62 juta, ttapi bisa dipakai 100 ribu kali, setelah 100 ribu kali alat itu hanya memerlukan perbaikan sedikit untuk bisa dipakai lagi, kalau Rp 62 juta, 100 ribu kali itu per pemeriksaan cuma Rp 600, tetapi masih ada harga plastiknya sekitar Rp 7 ribu untuk menyimpan hembusan napas kita dan juga ada hepa filter untuk menyaring agar virus itu tidak masuk ke mesinnya," ujar Bambang.

"Dengan perhitungan itu, maka kalau ini bisa misalkan dilakukan untuk keperluan rapid test orang perorang, perkiraannya kisarannya Rp 15 ribu sampai Rp 25 ribu. Jadi jauh lebih murah dibanding rapid test yang ada," imbunya.

Halaman 2 dari 2
(man/tor)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads