Viral di media sosial kapasitas ruang ICU hingga isolasi di rumah sakit (RS) rujukan virus Corona (COVID-19) di Jakarta penuh. Lalu bagaimana faktanya?
Dalam sebuah postingan di akun Twitter @xurbiaxendless yang dilihat detikcom Sabtu (2/1/2021) akun tersebut mengunggah screenshot percakapan dengan beberapa rumah sakit di Jakarta. Dalam screenshot tersebut, balasan dari salah satu rumah sakit rujukan COVID-19 menyatakan bahwa kapasitas ruang yang dibutuhkan sudah penuh.
"Terimakasih sudah menunggu. Saat ini ruang yang dibutuhkan pasien masih PENUH. Mohon maaf kami belum bisa membantu, jadi pasien TIDAK ACC dirujuk ke RSUP PERSAHABATAN. Mohon untuk TIDAK RUJUK LEPAS PASIEN dengan ambulans ataupun mobil pribadi. Mohon konfirmasi ke RS lain untuk alternatif. Terimakasih mohon kerjasamanya SPGDT RSUP Persahabatan," tulis balasan dalam screenshot percakapan yang diunggah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Jakarta, Dwi Oktavia menyampaikan total ada 101 rumah sakit rujukan COVID-19 di Jakarta. Hingga saat ini, data ketersediaan ruang isolas sudah terisi sebanyak 86 persen, sementara ruang ICU sudah terisi 78 persen.
"Total di 101 rumah sakit rujukan COVID di Jakarta terbaru per hari ini 2 Januari 2021 Ruang Isolasi kapasitas 7356 terisi 6330, sudah terisi 86 persen. Ruang ICU kapasitas 954 terisi 741, sudah terisi 78 persen," kata Dwi saat dihubungi, Sabtu (2/1/2021).
Dwi menuturkan angka ketersediaan kapasitas ICU dan isolasi masih terbilang tinggi. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan akan penuh karena pasien yang dirawat di UGD banyak yang mengantre untuk mendapat perawatan di ICU.
Lihat berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
"Itu yang ngantri di IGD udah panjang itu. Jadi kondisinya jangan dilihat bahwa masih ada yang kosong kok. Iya betul masih ada yang kosong, tapi yang akan masuk untuk di rawat di tempat tidur itu pun sudah banyak sudah ditunggu," lanjutnya.
Dwi mengimbau agar masyarakat tetap menjaga diri selama masa libur tahun baru. Dia mewanti-wanti timbul klaster keluarga karena sering abai mematuhi protokol kesehatan.
"Jadi masyarakat kita harus bisa menjaga diri supaya jangan sampai tertular karena kumpul-kumpul berkerumun. Walaupun kumpul dengan saudara maupun keluarga. Kadang-kadang kita lupa dengan perilaku bahwa harus jaga jarak, pakai masker harus cuci tangan kadang-kadang begitu melihat saudara sendiri kan kelihatan seperti sehat tapi ternyata kita tidak tahu kalau orang tersebut ternyata reaktif," imbuhnya.