Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) turut berbelasungkawa atas wafatnya tokoh senior Partai Golkar, Prof Muladi. Mantan Menteri Hukum dan HAM (dulu Menteri Kehakiman) ini memiliki berbagai jasa dan dedikasi terhadap bangsa.
Bamsoet membeberkan gerak almarhum Prof Muladi berawal saat menjadi dosen di Universitas Diponegoro, Semarang. Semasa muda, Prof Muladi juga menjadi aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan kemudian masuk ke Jakarta sebagai anggota MPR RI pada tahun 1997 dari fraksi utusan daerah.
"Sebelumnya, almarhum pernah menjadi anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia pada tahun 1993. Kemudian menjadi Menteri Kehakiman dalam Kabinet Pembangunan VII (1998) dan Kabinet Reformasi Pembangunan merangkap Menteri Sekretaris Negara (1998-1999), Hakim Agung (September 2000-Juni 2001), terakhir sebagai Gubernur Lemhannas (2005-2011)," ujar Bamsoet dalam keterangannya, Kamis (31/12/20).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bamsoet mengenang Prof Muladi sebagai Guru Besar Hukum Pidana yang aktif mendukung DPR RI dan pemerintah untuk segera mengesahkan RUU KUHP yang asli buatan bangsa Indonesia. Pengesahan ini merupakan upaya dekolonialisasi terhadap aturan-aturan warisan Belanda.
"Almarhum sudah lebih kurang menghabiskan 35 tahun usia hidupnya untuk mengkaji RUU KUHP. Almarhum berkali-kali mengatakan sudah bosan mengajar KUHP peninggalan Belanda," kenang Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menjelaskan keberadaan Prof Muladi di Partai Golkar selayaknya pendidik yang kerap memberi kesempatan bagi para juniornya untuk tumbuh dan berkembang.
Meski pernah berbeda paham dengan kondisi internal Partai Golkar pada 2015 silam, hubungan personal Bamsoet dan Prof Muladi dikatakan dalam keadaan baik dan tak berjarak.
"Justru dinamika dan pemikiran almarhum terkait Partai Golkar itulah yang semakin menghidupkan dialektika di internal para kader. Almarhum tidak ubahnya sebagai guru yang memantik dan memancing para kader untuk aktif mengeluarkan berbagai argumentasi. Sebagai senior yang sudah memiliki jam terbang tinggi di politik, almarhum justru menikmati adu pemikiran dengan para juniornya. Sebaliknya, kita para junior jadi bisa belajar banyak dari beliau," pungkas Bamsoet.
(akn/ega)