Menelusuri Jejak Legenda Pieter Erberveld di Kampung Pecah Kulit Jakarta

Urban Legend

Menelusuri Jejak Legenda Pieter Erberveld di Kampung Pecah Kulit Jakarta

Danu Damarjati - detikNews
Rabu, 30 Des 2020 15:14 WIB
Kampung Pecah Kulit, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat. (Danu Damarjati/detikcom)
Salah satu pemandangan dari sudut Kampung Pecah Kulit, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat. (Danu Damarjati/detikcom)

Maka Belanda mengeksekusi Pieter dengan cara kejam itu. Tubuh Pieter diikat dan disambungkan ke delapan kuda. Masing-masing kuda kemudian menarik tubuh Pieter ke delapan penjuru arah mata angin. Tercerai-berailah tubuh Pieter.

"Lokasi tepatnya ada di lapangan yang sekarang sudah menjadi bangunan pabrik handuk, dulu adalah pabrik kulit. Tapi di zaman Belanda, itu adalah lapangan tempat eksekusi Pieter," kata Supandi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kampung Pecah Kulit, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat. (Danu Damarjati/detikcom)Salah satu pojokan Pasar Pecah Kulit, dulu diyakini menjadi lokasi eksekusi Pieter Erberveld. Supandi menunjuk pohon yang dulu diyakini menjadi tambatan kuda pengeksekusi Pieter Erberveld. (Danu Damarjati/detikcom)

Dia menunjukkan satu lokasi tempat pohon asem berukuran besar pernah menjulang. Pohon asem itu konon menjadi tambatan tali kuda penarik tubuh Pieter. Kini pohon asem sudah tidak ada, berganti bangunan kontrakan di pojok gang buntu di belakang ruko. Semua kisah itu kemudian terabadikan dalam nama kampung ini, 'Pecah Kulit', menggambarkan kondisi pecahnya kulit sang pahlawan karena ditarik kuda.

"Dinamakanlah tempat ini sebagai pecah kulit. Pecah Kulit dulu dikenal sebagai tempat yang lumayan angker, di sini adalah tempat orang-orang Chinese yang nggak takut terhadap pemerintah kolonial. Banyak orang sakti mandraguna dan jawara China di sini," ujar Supandi.

ADVERTISEMENT
Kampung Pecah Kulit, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat. (Danu Damarjati/detikcom)Kampung Pecah Kulit, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat. (Danu Damarjati/detikcom)

Kepala Pieter diambil dan dipancangkan di atas pagar kawasan ini. Setelah Pieter dieksekusi mati, Belanda tidak ingin orang-orang serupa yang sok pahlawan membela rakyat muncul di Batavia. Belanda lantas mendirikan monumen di dekat Kampung Pecah Kulit dengan tengkorak Pieter di atasnya.

"Sebagai kenangan dari pengkhianat Peter Erbervelt, tidak seorang pun kini boleh membangun, membuat, meletakan batu atau menanam di tempat ini," begitulah terjemahan dari kalimat berbahasa Belanda di monumen itu.

Monumen Pieter Erberveld di Jacatraweg Batavia (sekarang Jl Pangeran Jayakarta Jakarta), foto tahun 1900-1918. (Public Domain/National Museum of World Cultures via Wikimedia Commons)Monumen Pieter Erberveld di Jacatraweg Batavia (sekarang Jl Pangeran Jayakarta Jakarta), foto tahun 1900-1918. (Public Domain/National Museum of World Cultures via Wikimedia Commons)

Waktu berjalan, monumen itu tetap berdiri sampai berusaha dihancurkan pada zaman Jepang, 1942. Namun batu prasasti masih dapat diselamatkan. Pada masa-masa selanjutnya, tengkorak Pieter di atas monumen diganti dengan tengkorak tiruan, namun nama Pieter Erberveld tetap terpatri. Hanya saja, monumen itu kemudian dipindahkan dari tempat aslinya. Supandi menunjukkan lokasi asli dari monumen Pieter Erberveld.

"Sekarang, lokasi monumen itu menjadi diler Toyota di pinggir Jalan Pangeran Jayakarta," kata Supandi. Keterangan Supandi ini juga sama dengan catatan yang dituangkan Alwi Shahab dalam bukunya.

Kampung Pecah Kulit, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat. (Danu Damarjati/detikcom)Dulu di lokasi tersebut sempat berdiri monumen peringatan Pieter Erberveld. (Danu Damarjati/detikcom)

Batu asli dari monumen Pieter Erberveld kemudian ditempatkan di Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah), Kota Tua. Replika monumen dalam bentuk yang persis sama dibangun lagi di Museum Prasasti, Tanah Abang, Jakarta Pusat.


(dnu/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads