Sebuah tempat pemakaman umum (TPU) di wilayah pesisir Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar), porak poranda diterjang gelombang tinggi air laut. Akibatnya, kain kafan hingga tulang jenazah yang ada di dalam makam bermunculan.
Pantauan detikcom di TPU yang berada wilayah Pantai Alli-Alli, Kelurahan Takatidung, Kecamatan Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulbar, Rabu (30/12/2020), tampak sejumlah makam sudah hancur tergerus air laut. Bahkan kain kafan dari makam hingga tulang belulang jenazah sudah tampak keluar.
Menurut warga, kondisi ini sudah terjadi sejak beberapa tahun terakhir, dan puncaknya terjadi di musim hujan pada Desember ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah tiga tahun terkikis, ombaknya kalau Musim Barat (di akhir tahun) baru besar, paling parah ini (tahun). Ada ratusan kuburan yang hilang," kata salah seorang warga, Badawi kepada wartawan di lokasi TPU, Rabu (30/12).
![]() |
Menurut Badawi, sejumlah keluarga jenazah sempat memindahkan jenazah yang makamnya hancur tersapu ombak ke tempat yang lebih aman. Namun ada juga yang harus pasrah karena makam dan jenazah keluarganya benar-benar hilang disapu ombak.
"Ada yang sudah dpindahkan, ada makam yang dibiarkan begitu saja (tersapu ombak), ada kelihatan tulang sama kafannya itu," tuturnya.
Lokasi tersebut memang sudah jarang digunakan untuk pemakaman orang dewasa. Namun masih banyak juga warga yang memfungsikan makam tersebut untuk jenazah bayi.
"Lokasi pemakaman sudah tidak difungsikan, terakhir tahun lalu (difungsikan), kecuali untuk bayi," ungkap warga lainnya, Hearia, yang mengaku telah kehilangan makam orang tuanya.
Selain memporak-porandakan areal pemakaman, gelombang tinggi membuat sejumlah warga di daerah ini terpaksa memindahkan rumahnya yang berada di pinggir pantai lantaran takut terseret ombak.
"Sudah 2 minggu rumah dipindahkan karena kena ombak, sudah tiga rumah yang dipindahkan," kata Haeria.
Warga mengaku pemerintah telah pernah membangun tanggul untuk mengamankan permukiman dan TPU dari terjangan gelombang tinggi. Namun sejak beberapa tahun terakhir, tanggul tersebut hancur karena tidak kuat menahan empasan gelombang tinggi.
"Kami berharap agar kiranya pemerintah memberikan perhatian, agar permukiman warga tidak ikut hilang seperti makam yang sudah banyak tenggelam," tutur Haeria.