Gedung Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) merupakan salah gedung bersejarah di Jakarta. Selain itu, Gedung ini pernah diisukan sebagai sebagai loji setan. Benarkah isu itu?
Dikutip dari Perpustakaan Bappenas, gedung ini terletak di titik tengah poros Jalan Imam Bonjol-Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Gedung ini menghadap pas di depan Taman Suropati.
Gedung Bappenas dibangun pada tahun 1925, yakni pada masa awal pembangunan kawasan Menteng oleh Pemerintahan Kotapraja Batavia. Gedung itu dibangun dengan bentuk melebar ke samping. Awalnya, gedung ini diniatkan sebagai tempat perkumpulan kebatinan Ster van het Oosten (Bintang Timur). Perkumpulan ini merupakan bagian dari geraka spiritual masoni atau yang lebih dikenal dengan gerakan freemasonry.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gerakan masoni sendiri merupakan gerakan spritual-moral yang mengedepankan ikatan persaudaraan dan tolong menolong di antara umat manusia, dengan berlandaskan prinsip ketuhanan yang maha kuasa.
Gerakan ini mulanya muncul pada abad 16 dan 17 di Skotlandia dan Inggris. Kemudian, ajarannya menyebar dan memiliki pengikut di seluruh dunia.
Di zaman kolonial, pengikut ajaran Masoni di Indonesia terbilang banyak. Pengikutnya dari kalangan orang Belanda atau kalangan orang Eropa lainnya.
Bahkan, Walikota Batavia era 1916-1920, Bisschop juga anggota masoni. Dari kalangan primbumi juga ada yang ikut bergabung dengan gerakan ini. Umumnya mereka yang berasal dari kaum intelektual ningrat Jawa. Konon, gerakan nasionalis seperti Budi Utomo juga disebut sebagai anggota masoni.
Salah satu ciri dari gerakan ini ialah kerap mengadakan pertemuan atau ritual di sebuah loji secara rahasia. Maka tak heran kemisteriusan gerakan ini memicu berbagai macam prasangka.
Tak terkecuali bagi loji yang kini menjadi Gedung Bappenas. Akibatnya, muncul desas-desus bahwa loji itu 'loji setan'.
Pakar sejarah Jakarta, Adolf Heuken menyebut masyarakat saat itu menyebut gedung yang dulunya adalah Vrijmetselaarsloge (loji tarekat manson Belanda), disebut rumah setan atau loji setan. Gedung itu memang memiliki ruangan megah yang biasanya digunakan sebagai tempat ritual atau pertemuan pada masa itu.
Namun, gedung itu terus mengalami renovasi. Bahkan saat Indonesia sudah merdeka, gedung itu dibuat bertingkat dan pada akhirnya menjadi Gedung Bappenas.
Di balik desas-desus loji setan, Gedung Bappenas adalah bangunan bersejarah yang wajib untuk terus dijaga.