PPP: Masyarakat yang Kecewa dengan Kinerja Setahun Jokowi Belum Tentu Pilih PKS

PPP: Masyarakat yang Kecewa dengan Kinerja Setahun Jokowi Belum Tentu Pilih PKS

Matius Alfons - detikNews
Minggu, 27 Des 2020 18:16 WIB
Jakarta -

PPP menanggapi pernyataan PKS yang akan menggaet 52,5 persen suara rakyat yang tidak puas dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Pilpres 2024. PPP menyebut pemilih dalam Pilpres tidak hanya memilih berdasarkan puas dan tidak puas terhadap pemerintahan sebelumnya.

"Pemilu 2024 yang akan datang, akan diwarnai dengan masuknya pemilih pemula Gen Z yang akan menambah lebih banyak lagi segmen pemilih kaum milenial. Namun pemilih di segmen ini akan menentukan pilihannya tidak hanya berdasarkan soal puas-tidak puasnya masyarakat terhadap Pemerintahan Jokowi," kata Sekjen PPP demisioner, Arsul Sani saat dihubungi, Minggu (27/12/2020).

Arsul mengatakan pemilih pada Pilpres 2024 akan memperhatikan sejumlah faktor lain selain kepuasan terhadap kinerja pemerintahan sebelumnya. Tak hanya itu, jika ada masyarakat yang memilih lantaran tidak puas dengan Jokowi, berarti itu memang pendukung partai oposisi Jokowi sejak Pilpres 2014.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada banyak faktor lain yang akan turut mempengaruhi pilihan terhadap parpol, dan PPP melihat suara yang tidak puas terhadap pemerintahan saat ini otomatis akan lari ke partai yang tidak menjadi koalisi pemerintahan. Kalaupun ada segmen masyarakat yang tidak puas terhadap pemerintahan saat ini dan akan memilih partai yang tidak menjadi pendukung pemerintah di Pemilu 2024, maka menurut kami itu memang bagian dari segmen masyarakat yang memang sudah bersama partai yang tidak pernah bersama Jokowi sejak dari Pemilu 2014," jelas Arsul.

Lebih jauh, Arsul mengungkap masyarakat yang terlanjur kecewa dengan Jokowi namun tidak suka dengan partai koalisi di luar pemerintah juga tidak akan mudah ditampung oleh PKS. Menurutnya penilaian pemilih tidak semudah itu terlebih bagi pemilih generasi milenial.

ADVERTISEMENT

"Sedangkan segmen masyarakat yang meskipun kecewa dengan pemerintahan yang ada, namun mereka juga tidak sreg dengan partai di luar koalisi pemerintahan, maka diyakini tidak akan mudah untuk digarap partai seperti PKS," ujar Arsul.

"Diatas semua itu, pertarungannya adalah bagamaina partai-partai akan memperebutkan suara kelompok milenial yang akan melihat parpol tidak dengan kaca mata simpel apakah parpol tersebut di dalam atau di luar pemerintahan," sambungnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Lebih lanjut, Arsul menyebut untuk saat ini masih terlalu dini untuk membicarakan Pilpres 2024. Karena, sebut dia, masih banyak faktor yang akan mempengaruhi pilihan masyarakat ke depannya.

"Bagi PPP sebenarnya terlalu dini kita bicara Pilpres 2024 karena dalam 2-3 tahu ke depan akan ada sejumlah faktor yang akan turut menentukan konfigurasi politik ke depan dan juga mempengaruhi pilihan masyarakat dalam Pilpres yang akan datang," imbuhnya.

Seperti diketahui, PKS menargetkan Pemilu 2024 menjadi momentum kemenangan mereka. Untuk bisa mencapai target itu, PKS mengincar suara masyarakat yang tidak puas dengan setahun kepemimpinan Presiden Jokowi.

Presiden PKS Ahmad Syaikhu awalnya memaparkan hasil survei Litbang Kompas. Menurut Syaikhu, berdasarkan survei Litbang Kompas sebanyak 52,5 persen responden tidak puas dengan kinerja Presiden Jokowi selama setahun menjabat.

"Survei Litbang Kompas pada Oktober 2020 menunjukkan ada sekitar 52,5 persen masyarakat yang tidak puas terhadap kinerja satu tahun pemerintahan," kata Syaikhu saat memberi sambutan di acara Musyawarah Wilayah (Muswil) V PKS yang disiarkan di kanal YouTube PKS, Minggu (27/12).

Syaikhu mengingatkan kader PKS bahwa angka 52,5 persen tidak kecil. PKS mengincar suara masyarakat yang tidak puas tersebut.

"52,5 persen bukan angka yang kecil. Suara rakyat yang tidak puas tersebut harus dipastikan mampu berlabuh di PKS," tegasnya.

Halaman 2 dari 2
(maa/zak)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads