Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) berharap pemuda dan mahasiswa muslim bisa berkontribusi membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bersama seluruh elemen pemuda dari berbagai latar belakang. Seperti yang pernah dicontohkan oleh aktivis Jong Islamieten Bond (Perhimpunan Pemuda Islam), saat mereka mengikuti Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Harapan ini disampaikan dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bersama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Senin (21/12).
HNW menuturkan, lahirnya Sumpah Pemuda pada pelaksanaan Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 menunjukkan peran pemuda muslim yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Mereka berani tampil membaur bersama para pemuda, hingga bersama-sama menghadirkan Sumpah Pemuda sebagai pilar penting kemerdekaan Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan lupa, pada saat Sumpah Pemuda, selain perhimpunan pemuda berbasis kedaerahan, ada pula Jong Islamieten Bond. Pemuda muslim berani tampil menyampaikan suaranya dan menjadi bagian penting dalam peristiwa besar tersebut. Mereka dilibatkan dan melibatkan diri sebagai panitia inti Kongres Pemuda," ujar Hidayat dalam keterangannya, Sabtu (27/12/2020).
Baca juga: MPR Sosialisasi 4 Pilar ke Mahasiswa STID DI |
Jong Islamieten Bond digagas pada masa yang sulit dan berdiri sekitar tahun 1925. Tak hanya berada dalam penjajahan Belanda, ketika itu dunia (termasuk Hindia Belanda) sedang diterpa pandemi flu Spanyol (1918-1920) yang mematikan. Flu Spanyol diperkirakan menginfeksi 500 juta orang atau sepertiga populasi dunia, juga menewaskan sedikitnya 50 juta orang.
"Jika dihitung dengan perbandingan jumlah penduduk dunia saat itu, tentu jumlah korban tersebut sangat dahsyat. Bahkan, hitung-hitungannya lebih parah dari korban Covid-19 saat ini. Namun, itu tidak menyurutkan para pemuda Islam untuk berkontribusi demi masa depan masyarakat bangsa dan negara Indonesia merdeka," jelasnya.
Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menjelaskan, di tengah keterbatasan yang terjadi para pemuda muslim itu tidak serta merta kalah, putus asa, apatis, apalagi pasif.
"Mereka justru mencari jalan untuk berkolaborasi dengan elemen bangsa lainnya dari beragam latar belakang. Akhirnya, mereka juga diterima oleh elemen-elemen itu untuk berkontribusi, karena kualitas, integritas, visi dan ketulusan yang mereka miliki dan sumbangkan untuk masa depan Indonesia Merdeka," tambahnya.
HNW menambahkan, pengalaman Jong Islamieten Bond dapat menjadi pelajaran untuk para pemuda atau mahasiswa muslim dalam mempersiapkan diri dan meningkatkan kualitas serta kepedulian untuk masa depan diri sendiri, bangsa, juga negara.
"Bila kita merujuk ke teorinya Ibnu Khaldun, seorang sejarawan dan sosiolog muslim, Ia mengatakan bahwa sejarah itu adalah pengulangan. Maka kesuksesan para pemuda muslim dahulu bisa diulangi saat ini apabila faktor-faktor kesuksesannya itu juga diulangi. Itu yang harus menjadi rujukan para pemuda atau mahasiswa muslim saat ini. Untuk mengamalkan dan mengawal pelaksanaan warisan Bapak-Bapak Bangsa yang sebelumnya terhimpun dalam Jong Islamieten Bond yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, sebagai pilar-pilar yang disosialisasikan terus oleh MPR RI," pungkasnya.
(prf/ega)