Serangan Balik Ngabalin Kala Din Kritik Tawaran Wamendikbud untuk Mu'ti

Round-Up

Serangan Balik Ngabalin Kala Din Kritik Tawaran Wamendikbud untuk Mu'ti

Tim detikcom - detikNews
Jumat, 25 Des 2020 21:43 WIB
Ali mochtar ngabalin
Ali Mochtar Ngabalin (Ardian Fanani/detikcom)
Jakarta -

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin menanggapi Din Syamsuddin yang menyebut tawaran posisi Wamendikbud kepada Sekum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti hal yang merendahkan Muhammadiyah. Ngabalin menyerang balik Din.

Awalnya, Din Syamsuddin menilai sikap Abdul Mu'ti, yang menolak jabatan Wamendikbud, sudah tepat. Din mengatakan anggota Muhammadiyah memang tidak gila jabatan.

"Penolakan Prof Dr Abdul Mu'ti, MEd, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, untuk menjadi Wamendikbud adalah sikap yang tepat. Hal itu mencerminkan sikap seorang anggota Muhammadiyah sejati yang antara lain tidak gila jabatan, menolak jabatan yang tidak sesuai dengan kapasitas, dan jabatan yang merendahkan marwah organisasi," kata Din dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Kamis (24/12).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Alasannya bahwa tidak berkemampuan mengemban amanat hanyalah sikap tawadu. Prof Abdul Mu'ti adalah guru besar dan pakar pendidikan yang mumpuni, wawasannya tentang pendidikan dan kemampuan memimpinnya sangat tinggi," sambung Din.

Din juga menilai tawaran jabatan Wamendikbud kepada Abdul Mu'ti seolah merendahkan Muhammadiyah. Din berbicara soal penempatan orang yang tepat di sebuah jabatan.

ADVERTISEMENT

"Penunjukan Prof Dr Abdul Mu'ti, MEd, sebagai Wamendikbud bernada merendahkan organisasi Muhammadiyah yang besar, pelopor pendidikan, dan gerakan pendidikan nasional yang nyata. Seyogianya Presiden memiliki pengetahuan kesejarahan dan kebangsaan sehingga dapat menampilkan kebijaksanaan untuk menempatkan seseorang dan sebuah organisasi pada tempatnya yang tepat," ujar dia.

Mantan Ketum PP Muhammadiyah itu lantas bicara Muhammadiyah sebagai organisasi otonom. Menurut Din, Muhammadiyah siap mendukung pemerintah jika mengeluarkan kebijakan yang baik dan begitu pula sebaliknya.

"Bagi Muhammadiyah, memangku jabatan di pemerintahan bukanlah masalah besar (not a big deal), karena Muhammadiyah cukup mandiri dan otonom untuk menjadi mitra strategis dan kritis pemerintah, dalam suatu sikap proporsional: siap mendukung pemerintah jika baik dan benar, dan tak segan-segan mengkritik serta mengoreksi jika salah, menyimpang, atau menyeleweng," imbuh Din.

Pernyataan Din itu pun diserang balik oleh Ngabalin, simak berita selengkapnya >>>

Ngabalin mempertanyakan maksud dan perspektif Din berbicara hal itu. Dia heran kepada Din yang selalu menganggap buruk pemerintah.

"Apa, apa perspektifnya? Pertama, harus dicek apa yang menjadi alasan Pak Din yang mengomentari seperti itu," ujar Ngabalin saat dihubungi, Kamis (24/12/2020).

"Masa sih semua yang dilakukan pemerintah itu buruk di mata Pak Din, sementara Pak Din itu adalah figur yang memang selama ini dijadikan anak-anak muda Muhammadiyah, meskipun saya menghargai apa yang disampaikan beliau, tapi itu tidak mencerahkan generasi baru Muhammadiyah. Itu pernyataan yang sinis, segeralah move on," ucapnya.

Ngabalin kemudian menyinggung Din yang pernah menduduki jabatan di pemerintah. Din kala itu mengisi jabatan Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban.

"Pak Din itu kan profesor, bukan provokator. Kenapa diksinya menggunakan diksi-diksi yang memprovokasi. Nggak boleh begitu, itu nggak bagus bagi kalangan kader dan Muhammadiyin," katanya.

"Kan beliau mantan Ketua Muhammadiyah, mantan Ketua MUI, profesor doktor kok tumben sekarang baru bicara malu. Dulu waktu ditawari jadi Utusan Khusus Presiden kok tidak malu dan menerima," imbuh Ngabalin.

Mu'ti sebelumnya mengaku sempat bersedia mengisi pos Wamendikbud. Namun Mu'ti berubah pikiran dan memutuskan tak bergabung di kabinet.

"Tetapi, setelah mengukur kemampuan diri, saya berubah pikiran. Semoga ini adalah pilihan yang terbaik," kata Mu'ti.

"Setelah melalui berbagai pertimbangan, saya memutuskan untuk tidak bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju dalam jabatan wakil menteri," sambung dia.

Mu'ti menyebut amanah tersebut sangat berat. Mu'ti menilai dirinya bukan sosok yang tepat mengisi jabatan Wamendikbud.

"Saya merasa tidak akan mampu mengemban amanah yang sangat berat itu. Saya bukanlah figur yang tepat untuk amanah tersebut," tutur dia.

Halaman 2 dari 2
(eva/eva)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads