Sebagai juru dakwah umat Katolik, Romo Aloysius Budi Purnomo Pr, punya penampilan eksentrik. Alumnus Fakultas Teologi Universitas Sanata Darma itu diketahui suka memetik gitar dan gemar memainkan saksofon, dan menciptakan banyak lagu rohani.
Kemampuan memainkan saksofon didapatnya saat menjadi misionaris di Medan, Sumatera Utara, 2000-2004. Kala itu dia kerap melihat anak-anak kecil di sana sudah pintar main seruling dan alat musik tiup lainnya. Dari situlah dia merasa tertarik dan belajar meniup saksofon secara otodidak.
Sepulang dari Sumatera Utara, Romo Aloysius Budi memperdalam kemampuannya dengan belajar kepada kenalannya, Rivai. Juga kepada pemain alat musik flute dan saksofon profesional Didiek Yun Edy Warsito (Didik SSS) di Semarang. Dengan bekal tersebut, dia pun percaya diri 'manggung' di acara perkawinan, ulang tahun, dan kumpul-kumpul jemaatnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagi saya, saksofon menjadi sarana untuk kerukunan. Saksofon itu ada filosofinya. Dia nggak bisa bunyi kalau tercerai-berai," kata Romo Aloysius Budi sambil menunjukkan baby saxophone miliknya.
Dengan bakat seni yang dimilikinya, sampai saat ini sudah ada setidaknya tujuh album rohani yang dibuatnya. Pembuatan album lagu rohani tersebut dirintis sejak tahun 2000.
Namun pembuatan album tersebut bukan untuk dijual secara komersial, melainkan untuk kepentingan solidaritas dan penggalangan dana, seperti untuk membangun rumah ibadat serta rumah keuskupan di salah satu wilayah di Jawa Tengah.
(ddg/jat)