Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) melakukan evaluasi terhadap Pilkada Serentak 2020. Hasilnya, 86 persen warga menilai pergelaran Pilkada 2020 berlangsung jujur dan adil (jurdil).
Survei ini dilakukan pada 9-12 Desember 2020. Metodologi survei yang dilakukan adalah memilih sampel secara random dari populasi pemilih (warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah). Seluruh responden dalam survei tersebut diwawancarai dengan tatap muka. Survei juga dilakukan melalui via telepon. Survei lewat telepon ini mempertimbangkan aspek social distancing di tengah pandemi.
"Survei dengan telepon ini hanya untuk responden yang memiliki telepon/cellphone, sebesar 71% dari populasi nasional," kata Manajer Program SMRC, Saidiman Ahmad, dalam keterangannya, Kamis (17/12/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampel sebanyak 1.200 responden dipilih secara acak dari koleksi sampel acak survei tatap muka yang telah dilakukan SMRC sebelumnya dengan jumlah proporsional menurut provinsi untuk mewakili pemilih nasional. Margin of error survei diperkirakan +/-2,9% pada tingkat kepercayaan 95%, asumsi simple random sampling.
Dari hasil survei ini, didapat sebanyak 76 persen warga yang tinggal di daerah Pilkada ikut memilih pada hari pencoblosan 9 Desember 2020. Yang tidak ikut memilih sebanyak 24 persen.
"Sekitar 47 persen beralasan sedang di luar kota, 24 persen beralasan takut tertular COVID-19. Ini di luar dugaan sebelumnya. Partisipasi ini lebih tinggi dari pilkada tanpa pandemi 5 tahun lalu (69%)," ujar Ahmad.
Penelitian ini juga menanyakan kepada responden soal kualitas Pilkada 2020. Hasilnya, 86 persen mayoritas warga menilai Pilkada berjalan jurdil. Sebesar 83 persen merasa puas terhadap Pilkada, lalu 85 persen merasa yakin Pilkada menghasilkan pimpinan yang bisa membuat maju daerahnya.
Terkait protokol kesehatan, survei ini juga menunjukkan 96 persen warga taat memakai masker saat hari pencoblosan. Lalu 97 persen warga taat menjaga jarak fisik.
Ada 72 persen warga yang merasa khawatir akan penularan COVID selama Pilkada. Namun warga kebanyakan taat pada protokol kesehatan.
"Petugas di TPS 95 persen memakai masker, 94 persen member sarung tangan pada pemilih, lalu 95 persen menyediakan tempat cuci tangan," jelas Ahmad.
SMRC menyimpulkan tingginya tingkat partisipasi cenderung dari warga yang kurang khawatir COVID-19. Disebutkan SMRC, warga tersebut cenderung dari pedesaan dan kurangnya pendidikan. Di sisi lain, partisipasi tinggi juga dimungkinkan karena suksesnya mobilisasi pemilih ke TP.
Kemungkinan informasi tentang bahaya COVID-19 kurang kuat pada mereka," tulis SMRC dalam keterangan tertulis.
(idn/dhn)