Kisah Perawat di Wisma Atlet, 2 Minggu Nikah Langsung Jadi Relawan

Kisah Perawat di Wisma Atlet, 2 Minggu Nikah Langsung Jadi Relawan

Elza Astari Retaduari - detikNews
Rabu, 16 Des 2020 20:47 WIB
Depi Kristi Aris Parenta, perawat di wisma atlet, tenaga kesehatan
Depi Kristi Aris Parenta (Dok Istimewa)
Jakarta -

Depi Kristi Aris Parenta harus rela berjauhan dari sang suami karena memutuskan menjadi relawan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat. Padahal perawat asal Toraja itu baru saja menikah selama dua minggu.

Perawat Depi bergabung menjadi relawan medis di Wisma Atlet sejak 5 Agustus 2020. Ia bergabung menjadi relawan lewat program Nusantara Sehat (NS) milik Kementerian Kesehatan yang sebelum pandemi Corona (COVID-19) biasanya diperuntukkan buat penugasan pelayanan kesehatan di daerah tertinggal.

Awalnya Depi mengikuti NS di daerah terpencil. Namun sejak pandemi, Kemenkes merekrut tenaga kesehatan NS darurat bencana khusus COVID-19 yang akan ditempatkan di beberapa daerah zona merah, termasuk Jakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya mendapatkan kekuatan untuk mengambil tawaran tersebut dan mencoba mendaftarkan diri sebagai salah satu tenaga kesehatan yang akan terjun langsung dalam penanganan dan membantu pasien yang terjangkit virus COVID-19," ujar Depi dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (12/16/2020).

Meski sempat tidak mendapat izin, Depi akhirnya mengantongi restu dari orang tua untuk berangkat ke Ibu Kota menolong pasien Corona. Penugasan yang dihadapi Depi kali ini terbilang cukup berbeda dari biasanya. Ia mengira hanya akan bertugas membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan di bidang medis.

ADVERTISEMENT

"Ternyata masih banyak hal positif yang bisa dilakukan, seperti menemani dan mendampingi pasien yang tidak jarang mengalami tekanan psikososial dari lingkungan bahkan keluarga sendiri akibat dinyatakan positif COVID-19 dan menjadi penyemangat untuk mereka yg mengalami hal tersebut," jelas Depi.

Menjadi relawan medis membantu penyembuhan pasien Corona tentunya memiliki risiko tinggi ikut terpapar. Depi mengaku memang merasa takut, tapi ia tetap bekerja memenuhi panggilan hatinya.

"Secara manusia ada rasa takut dalam diri saya karena risiko untuk terpapar juga sangat besar, tapi semuanya saya serahkan kepada Tuhan yang memberikan saya kekuatan penuh," ucap perempuan berusia 23 tahun ini.

Petugas medis di RSDC Wisma AtletDepi Kristi Aris Parenta. (Dok Istimewa)

"Saya hanya berangkat dengan kerinduan untuk melayani sesama dengan kasih dan kemampuan yang saya miliki tanpa memandang agama, suku dan RAS. Saya yakin tidak ada yang kebetulan, karena kesempatan tidak selamanya ada dan saat ini saya dipakai Tuhan untuk memenuhi panggilannya dan harus menjadi berkat di mana pun saya berada," imbuh Depi.

Depi sebenarnya merupakan pengantin baru. Ia menikah dengan sang suami sebelum ditugaskan di daerah terpencil dalam program NS. Pernikahannya sendiri sempat tertunda lantaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menyusul pandemi Corona. Akhirnya, pernikahan Depi dan suami hanya dihadiri pihak keluarga tanpa ada resepsi.

"Setelah nikah, cuma dikasih waktu 2 minggu barengan," kata Depi sambil tertawa ringan.

Simak kisah Perawat Depi selengkapnya di halaman sebelah >>>

Suami Depi bekerja di bidang pelayaran di Kalimantan. Jadwal kerja yang sering kali berbeda membuat komunikasi Depi dan suami tidak seperti pasangan pada umumnya.

"Dia kerjanya juga sif-sifan. Jadi kadang aku chat-nya pagi dibalasnya malam. Aku balas besoknya lagi karena pasti sudah ketiduran," ucapnya.

Menurut Depi, sang suami selalu mendukung pekerjaannya meski terbilang memiliki risiko tinggi. Suami Depi juga tak mempermasalahkan harus berjauhan karena tugas kemanusiaan ini.

"Dia orangnya support banget. Setiap hal yang kukerjakan, nggak pernah ngeluh dan dia selalu ingatkan untuk berserah sama Tuhan. Paling tiap ngasih kabar dia cuma titip untuk jaga kesehatan. Dia selalu bilang biarpun jauh dihalangi jarak tapi tetap didekatkan dalam doa," ungkap Depi.

Perempuan yang baru saja berulang tahun ini mengaku tak pernah merasa terbebani terhadap penugasannya di Wisma Atlet. Depi menyebut hanya penggunaan hazmat selama bekerja yang sedikit membuat tidak nyaman karena ia harus memakainya selama 8 jam dalam sehari ketika bertugas.

Petugas medis dan non-medis di RSDC Wisma AtletPetugas medis dan non-medis di RSDC Wisma Atlet harus memakai APD lengkap saat bertugas. (Dok Monica/Istimewa)

"Tapi karena melihat perjuangan pasien jadi motivasi dan kekuatan tersendiri untuk lebih semangat lagi untuk bantu mereka bisa lewati setiap tahap penyembuhan," tuturnya.

Depi juga tidak merasa kesepian meski merayakan ulang tahun jauh dari suami dan keluarga. Kehadiran teman-teman seperjuangan membuatnya terus semangat.

"Sudah pilihan jadi harus tetap dijalani. Sedih sudah pasti, tapi berhubung teman-teman di sini banyak yang udah dianggap keluarga jadi ada saling support. Aku terus mengucap syukur kepada Tuhan di hari ulang tahunku walau jauh dari keluarga, apalagi sudah diberi kesempatan untuk bergabung jadi relawan dalam penanganan COVID," kata Depi.

Bukan hanya ulang tahun yang harus dirasakan perempuan kelahiran 15 Desember 1997 itu jauh dari rumah. Depi pun tidak bisa berada di dekat keluarga saat merayakan Natal nanti. Meski begitu, Depi bersama relawan-relawan lain yang beragama Nasrani akan menggelar ibadah bersama.

Depi sendiri masih akan bertugas di RSDC Wisma Atlet hingga Februari 2021. Sebenarnya Depi sudah menyelesaikan tugasnya pada November lalu, tapi ia memutuskan memperpanjang periode penugasannya di Wisma Atlet untuk membantu perawatan pasien Corona.

"Karena dari NS penugasannya 3 bulan, tapi pas sudah purna tugas, aku perpanjang lagi sampai 3 bulan ke depan. Setiap ditanya sama orang (kenapa masih mau tugas di Wisma Atlet) cuma kubilang Tuhan masih pakai jadi berkat di tempat ini," ucap Depi.

Salah seorang pasien Corona yang dikarantina di Wisma Atlet, Janu, mengungkap kebaikan Depi. Karyawan swasta yang kini sudah sembuh dari Corona itu sempat mendapat perawatan Depi ketika masih dikarantina.

"Suster Depi bukan cuma memberikan pelayanan kesehatan, tapi juga mendampingi ketika kita sedang memerlukan. Suster Depi terus memantau kondisi saya karena saya kemarin mengalami sesak napas," ungkap Janu saat dihubungi terpisah.

Bukan hanya Suster Depi yang memberikan pelayanan terbaiknya di RSDC Wisma Atlet. Para tenaga kesehatan di Wisma Atlet disebut juga benar-benar mengabdikan diri kepada masyarakat.

"Para tenaga kesehatan perhatian luar biasa, bahkan sampai tengah malam datang untuk mengecek kondisi saya. Pekerjaannya berat, karena harus standby terus. Apalagi mereka harus terus pakai APD kalau bertugas. Jadinya mereka juga harus puasa dan nahan kalau pengen ke toilet," kata Janu.

Apresiasi juga disampaikan oleh Ketua Satgas Penanganan COVID-19, Doni Monardo. Ia memuji kinerja para tenaga kesehatan dan petugas non-medias yang membantu pasien-pasien Corona.

"Mereka adalah pahlawan sejati di bidang kemanusiaan," ungkap Doni kepada detikcom.

Halaman 2 dari 2
(elz/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads