Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Pepatah ini tampaknya diterapkan betul dalam kegiatan bercocok tanam padi di Kecamatan Sajingan Besar, Sambas, Kalimantan Barat.
Ketika Tim Tapal Batas detikcom singgah di wilayah yang bersebelahan langsung dengan Malaysia tersebut, dijumpai sejumlah petani yang tengah menanam padi bersama-sama. Belale namanya, tradisi ini merupakan kegiatan gotong-royong sejumlah petani untuk menanam padi bersama-sama.
"Belale, bagi ladang, kita ngajak kawan-kawan di sawah nanam bareng-bareng, selesai tempat satu ke tempat lain," kata salah satu Petani Padi di Kecamatan Sajingan Besar, Ating (61) kepada detikcom belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tradisi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang masyarakat setempat ini dilakukan pada saat musim tanam padi. Biasanya belale dilakukan antara 8-10 orang yang memiliki kedekatan, seperti kerabat, keluarga, lokasi sawah, dan sebagainya. Penentuan sawah yang akan ditanami padi dilakukan secara musyawarah.
Meski bisa bercocok tanam sendiri, namun pilihan itu tak diambil oleh Ating dan petani padi lainnya di perbatasan. Mereka lebih memilih bercocok tanam bersama karena bisa sembari membicarakan hal-hal yang dianggap perlu.
Terlebih bagi Ating, karena dia merupakan seorang wanita, tradisi belale meringankan bebannya untuk menanam padi. Sebab jika tanpa belale, dia mengaku harus menyewa orang untuk menanam padi karena tak mampu ia lakukan sendiri.
"(Kalau menyewa orang) Rp 50 ribu sehari orang berladang (menanam padi), lebih baik belale, enak belale dari pada ngupah," imbuhnya.
![]() |
Selain bercocok tanam padi, Ating juga mengaku menanam komoditi lain seperti durian, petai, jengkol, dan sawit. Hasil panennya biasa ia jual ke tengkulak yang kemudian diteruskan untuk diekspor ke Malaysia.
Namun sejak PLBN Aruk tutup akibat adanya pandemi, Ating mengaku permintaan dari tengkulak untuk hasil panennya menurun. Di masa pandemi ini ia mengajukan dan mendapat kucuran dana KUR dari Bank BRI. Dana tersebut rencananya ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Ikut KUR baru ini baru nyoba sebenarnya, dulu di koperasi," ungkap dia.
Di ulang tahun yang ke-125, BRI dengan tema BRILian hadir di perbatasan untuk terus menyalurkan KUR agar masyarakat perbatasan dapat memanfaatkannya untuk bisa bertahan di masa yang sulit ini atau utuk mengembngkan usahanya.
Ikuti terus jelajah Tapal Batas detikcom bersama BRI di tapalbatas.detik.com!
(akn/ega)