Beredar sebuah foto soal ujian yang dianggap bermuatan unsur politis. Dalam soal ujian itu, disebutkan nama 2 pejabat sekaligus politikus, yakni Anies dan Mega.
Berikut isi soal tersebut:
"Anies selalu diejek Mega karena memakai sepatu yang sangat kusam. Walaupun demikian, Anies tidak pernah marah. Perilaku Anies merupakan contoh..." demikian bunyi pertanyaan pada soal itu yang dilihat detikcom, Sabtu (12/12/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada pilihan ganda terdapat empat pilihan jawaban. Pertama bertuliskan pemaaf; kedua istiqamah; ketiga sabar; dan keempat ikhlas.
Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana membenarkan soal itu ada di sekolah Jakarta. Nahdiana mengatakan pihaknya telah mengimbau kepada guru-guru untuk tidak menyebutkan nama pejabat publik tertentu ketika membuat soal ujian.
"Dinas Pendidikan tidak pernah mengimbau kepada guru di sekolah untuk membuat soal ujian sekolah dengan menyebutkan nama pejabat publik tertentu dan telah mengarahkan Guru yang membuat soal ujian sekolah tersebut untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi," ujar Nahdiana melalui rilis di situs PPID DKI Jakarta, Sabtu (12/12).
Ketua Fraksi PDIP DKI Jakarta Gembong Warsono mengungkap lokasi sekolah yang menyebutkan nama Anies dan Mega dalam soal ujian. Gembong menyebut lokasi sekolahnya yakni SMP 250 Jakarta.
"Soal ujian SMP 250 Cipete (Jakarta Selatan)," ucap Gembong, Sabtu (12/12).
Gembong meminta Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) DKI Jakarta harus bertanggungjawab atas masalah tersebut. "Kadis Pendidikan harus mempertanggungjawabkan," kata Gembong.
Buntut persoalan ini, Komisi E DPRD DKI Jakarta berencana akan memanggil Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk mengkonfirmasi dan menjelaskan duduk perkara adanya soal ujian itu. Menurut sekretaris Komisi E, Johnny Simanjuntak, soal ujian itu ada muatan politik praktis.
"Kita hari Selasa (15/12), pukul 14.00 WIB, akan memanggil Dinas Pendidikan dan seluruh jajaran," ucap Johnny saat dihubungi, Minggu (13/12/2020).
"Data kita adalah data ujian itu. Kenapa kita panggil? Karena ini persoalan serius, artinya, kita tidak mau gunakan pendidikan kita, yang sebagai kawah candradimuka mendidik calon pemimpin atau akademisi, dengan muatan tidak edukatif. Bahkan, berpihak dan politik praktis untuk siswa SMP," katanya.
Baca selengkapnya di halaman berikutnya